2.73

229 46 41
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Setelah tragedi di malam itu, Ye Mi benar-benar memutuskan kontak dengan Xiao Sa secara sepihak. Ratusan pesan dikirimkan setiap hari, puluhan panggilan pun dicoba dengan sangat frustasi. Namun, hal tersebut sama sekali tidak membuat niat Ye Mi untuk mengabaikan Xiao Sa menjadi goyah. Dia tidak peduli mau seberapa banyak lagi pesan yang akan diterima, bahkan dia sengaja menonaktifkan seluruh notifikasi agar tidak terganggu. Meski demikian, dia diam-diam masih mencuri baca jika pesan masuk ketika dia sedang menggunakan ponsel. Isinya kurang lebih mengenai permintaan maaf dan penjelasan yang sama seperti malam di mana kejadian itu berlangsung.

Ye Mi merasa muak. Dia pikir penjelasan milik Xiao Sa sangat basi dan tidak seharusnya dia membuang-buang waktu untuk mendengarkan. Di samping itu, terdapat sesuatu yang lebih memuakkan, yaitu kehadiran Xiao Sa yang sangat tidak diinginkan. Lelaki manis itu selalu datang, bersikeras untuk menemui Ye Mi meski sudah ribuan kali ditolak. Tidak jarang dia mencoba untuk menerobos masuk ke dalam rumah, tampak seperti pengemis cinta yang memuakkan. Ye Mi merasa bosan dan semakin besar keengganan untuk bertemu. Seperti halnya saat ini, dia hanya berdiri di depan jendela kamar dengan kedua tangan yang disimpan di dalam saku celana, memperhatikan Xiao Sa yang dipaksa pergi oleh beberapa bawahannya.

Semua bawahan sangat patuh menjalankan perintah Ye Mi. Meski mereka tidak tega memperlakukan Xiao Sa dengan agak kejam, mereka tetap sadar diri bahwa atasan mereka adalah Ye Mi. Namun, berbeda dengan Marco yang saat ini tengah memarahi para bawahan. Melalui gerakan bibir, Ye Mi dapat memahami perkataan berupa, "Biarkan Xiao Sa di sini."

Ye Mi menggertakkan gigi secara kuat, kedua tangan mengepal seakan mengambil sikap bersiap melayangkan tinjuan. Dia tidak tahan akan pemandangan seperti itu. Dengan satu kali tarikan gorden, pemandangan di luar jendela menjadi terblokir. Rupanya, tindakan tersebut dapat dilihat oleh Xiao Sa secara sekilas. Dengan demikian, kegigihan yang selalu memuncak menjadi lemah seketika. Tidak ada lagi paksaan untuk masuk. Dia tidak lagi bersemangat untuk melakukan apa pun sebab berpikir sudah tidak ada lagi kesempatan kedua baginya. Seluruh harapan menjadi pupus, tiba-tiba Xiao Sa terjatuh ke tanah dengan kepala tertunduk dalam. Tetes demi tetes air mata mengalir, berhasil menumbuhkan kekhawatiran di hati setiap orang yang melihat. Meski dia sedang menangis, suara tawa justru mengudara. Entah apa yang ditertawakan, yang jelas nasib malang sudah pasti menjadi salah satu penyebab.

Semua orang juga ikut tertunduk, seolah kesedihan pada diri Xiao Sa dapat menular dan mewabahi hati setiap orang, termasuk sosok kecil yang berjalan mendekat. Tidak dapat dipungkiri, Xiao Sa merasa geli ketika punggung tangannya tiada henti dijilat oleh seekor anjing kecil berwarna abu-abu. Sesekali, anjing itu akan menggonggong dengan pilu, seolah berusaha keras menyuruhnya untuk berhenti menangis. Xiao Sa sendiri tidak kuasa menahan rasa gemas. Perlahan tetapi pasti, tangannya yang bergetar meraba bulu halus anjing tersebut. Sebagai imbalan atas kebaikan hati, anjing itu menjadi manja, mengusapkan kepala berulang kali pada diri Xiao Sa.

Pemandangan tersebut mengingatkan Xiao Sa akan dirinya sendiri. Tidak jarang dia bersikap manja kepada Ye Mi, mengusapkan puncak kepala di lengan lelaki tampan itu jika menginginkan sesuatu. Kemudian, pihak lain akan langsung luluh dan menuruti semua keinginannya. Apakah tindakan seperti itu masih berlaku untuk saat ini? Xiao Sa tidak dapat menebak kemungkinan jawaban milik Ye Mi. Dia tidak ingin menjadi lebih dan lebih sakit. Dengan demikian, dia berusaha keras membuang jauh-jauh pikiran tidak penting yang selalu menerobos di benak.

"Anjing itu dibeli oleh bos Ye untukmu beberapa hari yang lalu," tanpa diminta, Marco memberikan secuil informasi yang cukup untuk menggetarkan hati Xiao Sa.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang