Chapter 4

1K 84 0
                                    

Kini, Nino dan Nay yang duduk berhadapan saling berpandangan satu sama lain. Nino memandang Nay dengan pandangan yang penuh cinta sedangkan Nay memandang seseorang dihadapannya dengan tatapan iba. Nino pun tersenyum lalu mulai membuka suara untuk memulai pembicaraan hingga suasana tak lagi hening.

"Kamu kenapa ?" Tanya Nino lembut sambil tangannya sesekali mengelus punggung tangan Nay, kekasihnya

Nay hanya merunduk, ia takut untuk mengungkapkannya. Bagi Nay, Nino terlalu tulus dan sayang padanya hingga jahat rasanya jika ia menyakiti hatinya.

"Nay, ada yang mau kamu bicarakan ?" Tanya Nino kemudian

Nay hanya tetap menunduk, ia tak sanggup menatap mata sang kekasih secara langsung. Terlebih tatapannya selalu sama, selalu dipenuhi dengan cinta dan ketulusan kepadanya. Bagaimana ia sampai hati menyakiti perasaan wanita dihadapannya yang mencintainya dengan tulus ?

"Ya sudah, mari kita makan dulu.. setelah kamu siap untuk bercerita baru kita bisa saling bercerita.. ayo dimakan dulu" ujar Nino dengan lembut

Mereka berdua pun menyantap makanan pesanannya masing masing, dengan hening dan tanpa ada pembicaraan sama sekali. Sesekali Nino melirik ke arah Nay sekilas, nampak ada sesuatu yang mengganggu kenyamanan kekasihnya itu. Namun, Nino tak berani mengambil sikap apapun. Ia hanya diam dan tetap melanjutkan aktifitasnya.

Setelah selesai, Nino menuangkan Screaming Eagle Cabernet Sauvignon 1992 pesanannya ke gelas kosong yang berada di hadapannya. Lalu ia menyenderkan tubuhnya ke kursi. Ia pun memandang lekat wanitanya.

"what about our relationship now ?" Tanyanya membuka percakapan

Nay terhenyak, ia pun mendongakkan wajahnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menatap kekasihnya. Nampak sendu di matanya, tatapan yang tadinya penuh cinta sekarang berubah menjadi sendu.

"Aku tau ini ga mudah, tapi apa harus seperti ini ?" Tanya Nino kemudian lalu ia kembali menyesap wine-nya

Nay hanya diam, ia tak mampu mengatakan yang sebenarnya. Ia pun merasa sakit makanya ia lebih memilih untuk diam yang juga untuk menahan airmatanya.

"Nay, look at me !" Perintah Nino dengan nada penuh ketegasan disana membuat Nay yang sebenarnya sedaritadi menghindari tatapan mata secara langsung dengannya langsung terhenyak

"Do you still love me ?" Tanya Nino kemudian

Nay hanya diam dan kembali menundukkan kepalanya, ada rasa sakit yang menghujam ulu hatinya sekarang. Ia harus jujur tentang perasaannya kepada Nino dan ada yang tak bisa dia sembunyikan lagi dari kekasihnya itu. Perpisahan mungkin terbaik saat ini, tapi ia tak menginginkan perpisahan yang buruk. Mau bagaimana pun, ia mencintai Nino dengan sepenuh hati namun keadaan yang memaksanya untuk meninggalkan kekasihnya untuk saat ini. Setidaknya, ia tak betul betul menginginkan perpisahan ini terjadi.

"Nay, jawab aku.. do you still love me ?" Tanya Nino lagi dan kali ini dengan tak sabar menantikan jawaban dari Nay, kekasihnya yang sedaritadi hanya diam seribu bahasa

Bibir Nay bergetar, jelas terlihat bahwa ia menahan tangisnya. Ia sayang sekali pada Nino tapi keadaan saat ini sangat memaksa ia untuk meninggalkannya. Bukan hanya sakit yang ia rasakan, tapi juga takut. Takut jika suatu hari ia kembali, Nino sudah tak lagi mencintainya.

Nino pun perlahan berdiri dari tempat duduknya dan perlahan mendekati Nay.

"Are you okay ?" Tanya Nino kemudian sambil menyentuh bahu Nay

Nay pun mendongakkan wajahnya, nampak airmata mulai menetes dari kedua bola matanya membuat Nino pun mengiba melihatnya. Ia pun langsung menundukkan badannya dan memeluk Nay. Ia membiarkan Nay menangis dan meluapkan emosinya terlebih dahulu.

Nay menangis sesenggukan di perut Nino yang sedang memeluknya. Ia tak tau harus memulai cerita darimana yang jelas ia merasa sakit dan takut secara bersamaan untuk sekarang ini.

"Nay" panggil Nino pelan sambil mengusap rambut kekasihnya itu

Nay malah semakin menenggelamkan wajahnya di perut Nino membuat bagian perutnya itu basah dengan airmatanya sendiri.

"I don't know what happened to you, all i know is that i only love you" ujar Nino pelan untuk meyakinkan Nay bahwa ia tetap mencintainya dalam kondisi apapun

"We're done" ucap Nay singkat sambil terisak isak dalam tangisnya

Nino hanya mampu diam seribu bahasa, ia tak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini setelah 4 tahun menjalin kisah dengan kekasihnya dan akhirnya akan berpisah dengan sebab yang ia tak tahu pasti. Apa karena kesalahannya atau karena hal lain ?

*

Mobil mini cambrio milik Nino melaju kencang membelah jalanan ibukota yang tak terlalu padat sore itu. Pikirannya berkecamuk sedaritadi namun ia tak punya daya dan upaya untuk menyampaikannya pada Nay. Ia lebih memilih diam dan menerima apa yang menjadi pilihan Nay karena membuatnya bahagia adalah salah satu dari tujuan hidupnya.

Nay nampak tertidur pulas di kursi penumpang disebelah Nino. Wajahnya yang damai membuat Nino bertanya tanya sendiri. Mengapa wajah seteduh ini bisa menyakiti hatinya sesakit ini ?

Namun ia segera menepis jauh jauh pertanyaan itu dari lubuk hati dan pikirannya. Ia tak mau menyakiti Nay dengan pikirannya bahwa Nay telah menyakitinya. Ia berusaha terlihat baik baik saja meskipun sesungguhnya ia begitu hancur.

Sesampainya di halaman depan rumah Nay, ia pun segera membangunkan Nay yang masih terlelap dalam mimpinya.

"Nay" panggil Nino pelan sambil mengusap punggung tangan Nay

Nay pun tersentak, ia mengerjap ngerjapkan matanya sejenak untuk menyadarkan dirinya bahwa ia sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat.

"Hmm" jawab Nay dengan malas

"Sudah sampai" ujar Nino sambil tersenyum

Nay sempat tertegun sejenak, ia melihat senyum tulus Nino yang berada di hadapannya saat ini membuatnya semakin dirundung rasa bersalah. Ia pun menyentuh pipi Nino yang kini resmi menjadi mantan kekasihnya.

"Thank you for loving me for the past 4 years, hopefully later we will meet the best version of each of us" ujar Nay dengan penuh harap

Nino hanya tersenyum lalu ia mencium kening Nay sebagai tanda perpisahan dan Nay pun menikmatinya.

"Aku masuk ya" ujar Nay kemudian yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Nino

"Kamu hati hati di jalan, jangan ngebut" pintanya lagi

"Iya" jawab Nino pelan

Nino pun menyegerakan diri untuk pulang ke rumah setelah perpisahan menyakitkan itu. Tak ada tempat ternyaman selain kamar tidurnya. Ia melesat secepat kilat yang hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari kediaman sang mantan kekasih ke rumahnya.

Setelah memarkirkan mini cambrio miliknya, ia pun langsung bergegas menuju kamar dan menguncinya.

Ditatapnya satu persatu potret kebersamaannya dengan Nay yang tertempel rapih di dinding kamarnya. Ia pun memejamkan mata dan menikmati rasa sakit yang menghujamnya bertubi tubi saat ini.

Lalu ia mengambil kotak sepatu yang berada di lemarinya dan mulai mencabut satu persatu potret kebersamaannya dengan Nay dan memasukkannya ke dalam kotak sepatu itu.

"Secepat itu, Nay" lirihnya

Setelah selesai memasukkan lembaran lembaran kenangannya bersama Nay, ia pun langsung menaruhnya kembali ke dalam lemari dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Pikirannya menerawang jauh, menelisik kenangan kenangan tentang Anaya Sahulteru yang seharusnya sudah ia kubur dalam dalam.

Ia pun mengambil handphonenya yang berada di nakas dan segera membuka galeri. Ia mulai menghapus semua kenangan yang ada tentang kisah yang dipaksa usai antara ia dengan Nay. Tak lupa, ia pun menghapus kontak Nay dari kontak handphonenya.

Ia sudah harus melupakan Nay bagaimana pun caranya. Meskipun ia sendiri tak tahu bagaimana bisa hubungannya tiba tiba kandas seperti ini ? Ia hanya mengikuti keinginan Nay untuk menyelesaikan hubungannya. Ia hanya ingin mengikuti permintaan orang yang dicintainya sekalipun ia tak tahu alasannya dan akhirnya menyakitinya sendiri tapi karena Nay yang meminta maka ia hanya akan mengikutinya.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang