Chapter 51

557 61 7
                                    

Nino melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan coffeeshopnya yang sudah hampir rampung. Ia tersenyum menatap ke sekitarnya, lalu ia kembali melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang tak jauh dari dapur yang nantinya akan ia pergunakan sebagai ruangan kerjanya.

"Tarr, gue mau ruangan gue warnanya hitam ya ?" Pinta Nino sembari tangannya menyentuh tembok yang belum di cat karena menunggu Nino datang untuk melihat ruangannya terlebih dahulu

Tarra mengerenyitkan dahinya, ia merasa aneh dengan pilihan warna sahabatnya. Namun, ia tak banyak berkomentar. Ia hanya mencatat di sebuah buku kecil soal permintaan dari Nino tentang warna ruang kerjanya. Selebihnya, ia hanya diam dan mengekori Nino dari belakang.

Nino pun menoleh pada Tarra sesaat sebelum ia meninggalkan ruang kerjanya. Lalu menepuk pelan pundak Tarra.

"Ngopi dulu tarr ?" Tawar Nino sembari tersenyum pada Tarra

"Oke" jawab Tarra dengan singkat sembari memasukkan buku catatan kecilnya ke dalam tas kecil yang selalu dibawanya kemana mana 

Tarra dan Nino pun langsung keluar dari bangunan coffeeshop yang hampir jadi itu, lalu masuk ke dalam mobil dan menuju sebuah coffeeshop langganan mereka berdua.

Sesampainya di coffeeshop langganan keduanya, Tarra langsung memesankan kopi untuknya dan untuk Nino. Dan termasuk juga cemilan cemilan kecil yang biasanya menjadi teman ngobrol mereka berdua.

Nino yang lebih dulu duduk di tempat duduk yang sudah disediakan, menatap Tarra dari kejauhan. Ada yang berbeda dari sahabatnya, Tarra lebih pendiam dari sebelumnya. Namun ia tak mau berkomentar, ia hanya mengamati saja.

"Duduk sini lu ! Kusut banget perasaan muka lu !" Seru Nino yang langsung menyuruh Tarra untuk duduk disebelahnya

Tarra pun melangkah mendekati Nino yang sudah lebih dulu duduk dihadapannya.

"Lu kenapa ? Ada masalah sama kak Tasya ?" Tanya Nino kemudian

"Ga, ga ada masalah apa apa.. cuma masih tegang aja bentar lagi mau nikah sama kakak dari sahabat gue sendiri" jawab Tarra dengan jujur

"Gue kira kenapa ? Btw lu udah packing ?" Tanya Nino kemudian

"Udah, ntar malem kita berangkat ke German.. btw lu ikut kan ?" Tanya Tarra balik sembari menyeruput iced coffee miliknya yang baru saja datang

"Ga, dia ga ikut.. dia cuma ikut resepsi yang di Bali aja" selak Tasya yang datang tiba tiba mengejutkan keduanya

Tarra dan Nino pun tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Terlihat Tasya yang datang dengan moodnya yang kurang baik, jadi Nino pun lebih memilih bungkam daripada mendebat sang kakak.

Tasya pun segera duduk disebelah Tarra, ia menatap tajam sang adik yang sesekali mengedarkan pandangannya ke arah lain dibandingkan menatap Tasya yang menjadi lawan bicaranya sekarang. Tarra menggenggam tangan Tasya, seolah ia memberikan isyarat agar Tasya jauh lebih tenang.

"Di Bali, resepsi aku pake jas warna biru ya kamu.. aku ga mau kamu salah kostum, ayah juga akan pake jas warna biru" ujar Tasya mengingatkan

Nino pun langsung menoleh ke arah Tasya yang ia pikir akan mengajaknya berdebat kali ini.

"Kak.." belum sempat Nino memperpanjang kalimatnya, Tasya sudah memotongnya

"Iya, Tere juga harus datang pake dress berwarna biru.. besok lu fitting aja di butik langganan mama.. meskipun kali ini gue menentang hubungan lu sama Tere, bukan berarti gue harus menyekat kebahagiaan kalian di hari bahagia gue sama Tarra kan ?" Todong Tasya sembari mengambil iced coffee milik Nino dan menyeruputnya

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang