Chapter 66

561 57 70
                                    

Kini Tere, Thomas dan Anna sedang duduk berhadap hadapan. Thomas memandangi Tere dengan tatapan tajam sementara Anna sibuk mengusap punggung Thomas agar emosinya tak meledak ledak. Tere hanya tertunduk lesu menghadap kedua orangtuanya yang kini sudah mengetahui perihal hubungannya dengan Nino.

"Jadi ini apa ?" Ujar Thomas sembari melemparkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal ke arah Tere yang masih menunduk

Tere sedikit mendongakkan kepalanya, ia menatap amplop berwarna cokelat itu lalu membetulkan letak kacamatanya sebentar. Ia pun meraih amplop berwarna cokelat itu dan membukanya.

Ia membelalakkan matanya saat melihat satu per satu potret dirinya bersama Nino yang sedang bermesraan. Bahkan beberapa diantaranya Nino sedang mencium bibirnya.

"Kenapa diam ? Jawab saya, anda masih punya mulut kan ? Apa itu Theresia ?" Cecar Thomas dengan berapi api, ia tak sabar mendapatkan penjelasan dari putri semata wayangnya karena ia merasa hancur melihat potret kemesraan itu

Tere lebih membelalakkan matanya saat mendapati potret Nino yang tengah menancapkan botol kepada mendiang Evan Wiriatmaja di pesta pernikahan Tasya dan Tarra beberapa bulan yang lalu.

"Darimana papa dapat ini semua ?" Tanya Tere kemudian

"Jangan panggil saya papa sebelum kamu memutuskan memilih kami atau pacar lesbimu itu !" Hardik Thomas, ia merasa jijik jika harus menerima hubungan terlarang putrinya dengan seseorang yang selalu dipanggilnya Nino itu

"Ayang, ayang.. tai anjing ! Kalian ini sama sama perempuan, sadar tidak ?" Cecar Thomas lagi, ia benar benar murka sekarang

"Apa yang kalian harapkan dari hubungan terlarang kalian itu ? Hah ? Emang kalo kamu sama dia, kamu bisa beri saya cucu ? Mana bisa Theresia, mana bisa ! Jelaskan sama saya, kenapa kamu bisa berhubungan sama dia ?" Cecar Thomas lagi, bahkan ia tak bisa menurunkan nada bicaranya sedikit pun pada Tere

Tere hanya diam, ia tak mau menjawab karena sejujurnya ia pun emosi dengan ucapan sang papa. Ia tak mau melawan karena khawatir penyakit jantung sang papa kambuh.

"Kamu mau lihat saya mati, Theresia ? Kamu mau lihat saya menderita karena hubungan cinta sejenismu itu ?" Cecar Thomas lagi, namun Tere tetap bungkam bahkan kini airmatanya sudah menetes membasahi kedua pipinya

"Dari aku kecil, aku selalu menuruti ekspektasi papa.. aku selalu patuh apa kata mama.. baru kali ini kan aku kayak gini ? Aku udah capek pa, ma.. aku pengen jadi diriku sendiri.. aku pengen bahagia dengan apa dan siapa yang aku pilih" ujar Tere yang justru malah makin meledakkan emosi kedua orangtuanya terutama Anna yang kini mengambil alih untuk mencecar Tere

"Theresia ! Kamu mau jadi anak durhaka karena menentang kami sebagai orangtuamu hanya karena perempuan laknat itu ? Iya ? Kamu mau meninggalkan kami hanya karena bajingan yang telah mencuci otak kamu supaya kamu bisa ditiduri olehnya ?" Cecar Anna yang kini menohok ulu hatinya

"Mama sama papa kenapa sih ? Awal mula ketemu Nino juga baik baik aja, bahkan kirim salam sama ayahnya Nino, kenapa sekarang jadi berbanding terbalik gini ? Kalian dihasut siapa buat benci sama pacar aku sampe segininya ?" Tanya Tere balik yang merasa tak nyaman dengan cecaran kedua orangtuanya

Thomas pun melangkah maju mendekati Tere yang masih terduduk dihadapannya. Lalu mencengkram rahang Tere dengan wajahnya yang memerah karena emosi yang sudah meledak ledak dalam dirinya.

"Saya tidak mau mendengar apapun lagi, kamu pilih kami sebagai orangtuamu atau pilih dia ?" Tanya Thomas sembari mencengkram rahang Tere dengan kuat sehingga Tere mendongakkan wajahnya

"Dengar saya baik baik, kalo kamu mau perempuan kecil itu baik baik saja.. maka tinggalkan bajingan bernama Nino itu, saya tidak akan segan untuk melukainya" ancam Thomas membuat Tere langsung membelalakkan matanya

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang