Nino telah sampai di gerbang depan kediaman keluarga Soedibjo. Ia pun langsung berinisiatif untuk membukakan pintu sebelah kiri dan memapah Tere yang masih terseok seok karena luka di pahanya.
Anna yang familiar dengan deru mesin mobil milik Nino langsung buru buru membuka pintu rumah dan menyambut putri semata wayangnya yang baru saja pulang ke rumah. Namun, ia sempat melirik Nino dari atas hingga kebawah lalu menahannya untuk masuk ke dalam rumah memapah Tere yang notabene adalah kekasihnya. Meskipun kedua orangtuanya tak tahu menahu soal hubungan mereka yang sebenarnya seperti apa.
"Udah, sampe sini aja nganter Terenya.. terima kasih ya nak" ujar Anna dengan wajah yang cukup sinis memandang Nino yang berjarak tak jauh dengannya
Nino melepaskan genggaman tangannya dari Tere, juga rangkulannya di bahu Tere.
"Aku pulang ya" pamit Nino kemudian
Tere tersenyum canggung sembari merasa tak enak hati pada Nino. Tak biasa biasanya Anna bersikap begini pada oranglain apalagi itu adalah tamu dari putri semata wayangnya.
"Hati hati di jalan ya, nanti kabarin" ujar Tere kemudian
Nino hanya mengangguk sembari tersenyum. Lalu berpamitan pada Anna, sembari mencium tangannya.
"Saya pamit dulu Tante" pamit Nino sembari mencium tangan Anna, namun Anna hanya diam saja seolah ia enggan berbicara dengan Nino yang kini berstatus sebagai musuhnya
Tere pun diam saja ketika Anna membantunya untuk masuk ke dalam rumah.
Thomas yang melihat Tere berjalan terseok seok dengan dipapah oleh sang istri langsung menghampirinya.
"Kamu kenapa ?" Tanya Thomas sembari menatap ke arah paha Tere yang dibalut dengan perban
"Gapapa pa, bentar juga sembuh cuma luka sedikit" jawab Tere sekenanya
"Kenapa bisa luka begitu ? Jatuh ?" Tanya Thomas lagi
"Iya pa" ujar Tere berbohong menghadapi pertanyaan sang papa yang kini lebih ke seperti mencecarnya
"Tadi diantar pulang sama siapa ?" Tanya Thomas sembari membetulkan letak kacamatanya lalu ia menyedekapkan kedua tangannya di dada
"Nina" jawab Tere dengan singkat
"Kenapa baru pulang sekarang setelah luka luka begini ?" Tanya Thomas lagi yang kini membuat Tere merasa jengah dengan pertanyaan papanya
"Pa, aku baru pulang dan aku capek.. bisa nanti ga nanya nanyanya ? Ini luka juga cuma karena aku jatuh.. dan aku lalai.. biasa aja kenapa sih ?" Ujar Tere dengan sedikit meninggikan nada suaranya karena ia tak nyaman jika dicecar oleh papanya seperti tadi
Thomas terdiam, ia bukan segan melawan putrinya hanya saja ia sedang mengumpulkan bukti untuk mengskakmatt putrinya sendiri dengan kisah cinta terlarangnya bersama seorang anak konglomerat yang dipanggilnya Nino itu.
Tere pun segera masuk ke dalam kamarnya dengan tetap dibantu oleh Anna. Anna tak banyak berkomentar, ia lebih memilih diam agar Tere tak merasa terganggu dan nyaman saat sedang berada di rumah.
Setelah Anna beranjak pergi dari kamar Tere, Tere pun langsung mengambil ponsel dari tas kecil yang selalu dibawanya. Ia pun langsung menghubungi Nino, meskipun ia tahu pasti Nino masih dalam perjalanan.
"Iya, kenapa ayang ?" Tanya Nino kemudian setelah mengangkat telfon dari Tere
"Gapapa, aku boleh nemenin kamu ?" Tanya Tere balik
"Iya boleh, aku lagi mau mampir nih ke coffeeshop baru deket rumah kamu.. kamu mau kopi ?" Tawar Nino sembari fokus pada jalanan yang ada di hadapannya, ia mengenakan airpods agar bisa tetap tersambung via telfon dengan kekasihnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya