Chapter 18

747 72 2
                                    

"No, kamu masih bisa dengar aku kan ?" Tanya Tere dengan panik sambil mengobati luka luka di wajah Nino

"Apa Ter ? Ga begitu kedengeran, kamu ngomong apa ?" Tanya Nino kemudian sambil terlihat kebingungan

"Kita ke rumah sakit ya ? Ke spesialis THT biar tahu kondisi telinga kamu gimana ?" Tawar Tere dengan suara yang agak meninggi mengingat Nino tak dapat begitu mendengar suaranya

"KE RUMAH SAKIT" tawar Tere lagi, kali ini dengan penuh penekanan agar Nino dapat mengerti apa yang diucapkannya

"Ga usah, Ter.. aku balik aja.. nanti juga sembuh sendiri" jawab Nino sambil melambaikan tangannya menandakan ketidaksetujuannya

Tere pun memaksa Nino untuk tetap ke rumah sakit, sedangkan Nino selalu menolaknya.

"Kamu tuh jangan badung deh, kamu ga bisa denger gitu Nino !" Ujar Tere meninggikan suaranya

Namun, Nino malah bersikap acuh dan malah melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Tere pun cepat cepat mencegatnya. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Nino.

"Look at me, kalo emang kamu beneran sayang sama aku.. kamu nurut ya kita ke dokter" ujar Tere masih dengan meninggikan suaranya

Samar samar Nino mendengar ucapan Tere, namun ia lebih memilih mengabaikan permintaannya untuk pergi ke dokter spesialis THT. Nino pun menggeleng dan mendorong pelan tubuh Tere agar tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam mobil.

Nino memaksakan dirinya untuk tetap pulang ke rumah meskipun ia dalam kondisi sedang tak baik baik saja dan pendengarannya sedikit terganggu. Ia pun meninggalkan Tere yang sedang mengkhawatirkannya begitu saja.

Sejujurnya ia pun sedang merasa marah karena kejadian yang tak terduga itu, terlebih yang menyerangnya adalah wanita yang sama yang pernah ia pukul saat wanita itu memukul Tere di depan matanya. Ia kesal namun ia memilih mengalah karena melihat binar mata Tere yang menunjukkan perasaan yang seolah sulit didefinisikan kepada wanita itu. Ia cemburu namun ia pun tak mau membuat Tere menilainya buruk karena memukuli sembarang orang.

Mobil yang dikemudikan oleh Nino melaju dengan cepat, melesat secepat kilat bersamaan dengan perasaan Nino yang tak menentu. Ia sempat sedikit melamun sehingga tanpa sadar di depannya ada truk tanpa muatan yang sedang menyalip truk lainnya dari sebelah kanan sehingga mengambil sedikit jalur sebelah kiri dan membuat Nino terkejut.

Ia pun membanting stir ke kiri hingga akhirnya ia tanpa sengaja ia menabrak dinding beton pembatas jalan yang dipasang untuk menghalangi galian lubang dibelakangnya.

Braaakkkk

Bagian depan mini cooper cabrio kesayangan Nino pun ringsek, sedangkan ia tak sadarkan diri didalam mobil karena benturan yang terjadi pada kepalanya, lebih tepatnya dibagian kening.

Warga sekitar yang melihat kejadian itu pun langsung berusaha mengevakuasi Nino yang masih berada di dalam mobil. Nino langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sementara ponselnya tertinggal di dalam mobil dengan keadaan tanpa daya.

*

Perasaan khawatir yang kini berubah menjadi rasa takut yang amat besar membuat Tere berusaha untuk terus menerus mencoba menelfon Nino meskipun pada kenyataannya nomor Nino sedang tidak aktif.

Disatu sisi, ia takut jika tiba tiba Nino menjauhinya dan disisi lain ia takut jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa Nino. Ia pun mondar mandir tidak karuan di ruang kerjanya. Tanpa ia sadari, Cornell yang berada satu ruangan dengannya sedang memperhatikannya dengan seksama.

Tere pun bingung ia harus menghubungi siapa untuk mencari tahu kabar Nino, meskipun nomornya baru beberapa jam saja tidak aktif sudah membuatnya sekhawatir ini. Apalagi Nino sedang terluka dan ada masalah pada pendengarannya. Ia pun menyesal mengapa tak sekuat itu melarangnya untuk pergi.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang