Chapter 62

495 49 3
                                    

Selama 2 hari perang dingin terjadi antara Tere dan Nino. Penyebabnya tak lain ya karena Nino yang ragu pada kesungguhan Tere padahal ia sudah ingin maju untuk memperjuangkan cintanya.

Selama 2 hari itu, Tere pulang ke kostnya dan Nino pun pulang ke kediaman ayahnya. Tak ada pesan Nino untuk Tere maupun sebaliknya. Ponsel mereka pun sama sama sepi dalam dua hari terakhir ini.

Tasya sadar bahwa adiknya sedang dirundung masalah dalam hubungannya dengan kekasihnya, Theresia Soedibjo. Ia ingin sekali mendengar cerita dari sang adik namun tiap kali Tasya berusaha untuk mengorek keterangan dari Nino, Nino selalu mengalihkan pembicaraannya bahkan tak jarang ia menjadikan Arunika sebagai senjatanya menghindari Tasya.

"No, boleh kita ngobrol sebentar ?" Tanya Tasya pelan saat Nino sedang berada di dalam kamarnya dan kedapatan sedang melamun diatas tempat tidurnya.

"Ada apa kak ?" Tanya Nino sembari menoleh ke arah Tasya yang masih berdiri di pintu kamar Nino

Tasya tersenyum, kali ini Nino tak menolaknya. Jadi ia langsung masuk ke dalam kamar Nino dan duduk di tepian ranjangnya.

"Arunika mana ?" Tanya Nino kemudian lagi lagi seolah berusaha menghindari Tasya

"Arunika lagi tidur, to the point aja deh ya gue.. lu lagi berantem sama Tere ?" Tanya Tasya sembari melipat kedua tangannya di dada

Nino langsung membuang mukanya ke arah lain, ia tak mau jika sang kakak langsung menatap matanya. Ia tak ingin menceritakan apa yang terjadi antara ia dan Tere hanya melalui tatapan matanya.

"No, kali ini aja jangan menghindar dari gue.. gue ini kakak lu, sodara kandung lu yang bahkan ketika Tarra mau ninggalin gue malah lu perjuangin gue.. kalo lu ga mau cerita gapapa, tapi jawab pertanyaan gue.. lu lagi berantem sama Tere ?" Tanya Tasya lagi dengan penekanan di kalimat terakhirnya

Nino menggelengkan kepalanya, ia lalu menoleh pada Tasya dan langsung memeluknya dengan manja.

"Ada apa no ? Hmm ?" Tanya Tasya dengan lembut

"Gue bingung kak sama Tere, dia tau gue ga pernah ingkar sama ucapan gue.. disaat gue ragu untuk memutuskan bawa hubungan gue sama dia ke jenjang yang lebih serius, dia bilang kita bakalan berjuang sama sama.. tapi disaat gue yakin dan mantap buat bener bener bawa hubungan ini ke jenjang pernikahan, dia kayak ga yakin" ujar Nino yang bercerita dalam pelukan Tasya

Tasya menghela nafasnya, ia tahu bahwa hal ini akan dialami oleh sang adik jauh sebelum Nino menceritakannya padanya. Selama ini pun ia menyimpan rapat rapat tentang apa yang ia tahu soal hubungan antara Tere dan Cornell. Dengan lembut Tasya mengusap kepala Nino, memperlakukannya selayaknya adik kecilnya yang dulu selalu merengek, merajuk di dalam pelukannya.

"Pernikahan tuh bukan suatu hal yang mudah no, pernikahan itu ga semudah yang lu bayangin" ujar Tasya menasihati

"Mungkin Tere belum siap karena ga semua orang bisa menerima hubungan yang seperti ini, kayak lu dan Tere.. gue dengan Tarra.. mungkin kalo gue ga punya trauma di masa lalu, ayah pun akan mukul gue saat Tarra melamar gue depan mukanya ga peduli gue bunting gede sekalipun" lanjut Tasya

"Mungkin Tere juga akan membayangkan gimana hidupnya setelah menikah dengan lu, dia pernah punya kehidupannya sendiri dengan keluarganya dengan teman temannya.. apa mereka bisa menerima itu ? Menerima pernikahan kalian ? Ya emang dia ga akan susah susah nyari duit kalo nikah sama lu, tapi dia kan wanita karir.. yakin dia mau ninggalin karirnya yang susah payah dia rintis selama ini dengan mudah karena pernikahan yang kalian lakukan ? Semua itu ada resikonya Nino, ada tumbalnya" nasihat Tasya lagi

"Saran gue, mending kalian ngobrol lagi dengan baik baik soal rencana hubungan kalian kedepannya seperti apa.. kalo lu emang tetep mau nikahin dia, lu kasih dia ruang buat mikir dampak positif dan negatif dari pernikahan kalian berdua.. kasih dia juga waktu, jangan sekarang lu ngomong besok lu lamar dia" lanjutnya sementara Nino tetap diam mendengarkan dengan seksama nasihat sang kakak

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang