Chapter 81

588 66 46
                                    

Keesokan paginya Tere langsung bertolak ke rumah kost yang disewa oleh Nadine, ia benar benar tak bisa mentolerir lagi perbuatan Nadine yang sangat keterlaluan.

Dan ia pun tak punya banyak waktu untuk membiarkan masalah antara Nino dengan kedua orangtuanya berlarut larut terlebih Nino tak pernah bersikap kurang ajar kepada kedua orangtuanya. Hal itu justru membuat Tere menggebu gebu untuk membicarakan semua yang sudah ia dengar dan di sertai bukti bukti oleh Nino.

Tere langsung mengetuk pintu kamar Nadine dengan tak sabar, berharap Nadine segera membuka pintu kamarnya.

"Eh, ada apa Ter ? Tumben pagi pagi gini udah dateng ?" Tanya Nadine sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya

"Ada yang mau gue omongin, sorry kalo gue ganggu waktu lu pagi pagi gini" ucap Tere dengan ketus

"Ya udah ayo masuk, ngapain juga lu berdiri doang disitu.. kayak orang baru kenal aja" celetuk Nadine berusaha menutupi kegugupannya

Tere pun langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar kost yang Nadine tempati, lalu ia memilih untuk berdiri karena ia belum dipersilahkan oleh Nadine. Perasaannya sangat kesal dan marah juga kecewa saat ini.

"Sini kali Ter, duduk.. ngapain coba lu berdiri disitu ? Biasanya juga langsung rebahan disini" ujar Nadine sembari menepuk nepuk kasurnya

"Ga nad, gue mau disini aja" tolak Tere sembari menyedekapkan kedua tangannya di dada

Nadine langsung mengerenyitkan dahinya menatap Tere yang tak biasa biasanya menolak bahkan tatapannya pun seolah enggan untuk menatap lebih lama. Gestur tubuhnya terasa tak nyaman bila berlama lama berada satu ruangan dengannya.

"Lu kenapa Ter ?" Tanya Nadine kemudian, seolah olah ia tak tahu menahu perihal perubahan sikap Tere yang begitu drastis dihadapannya pagi ini

"Lu yang kenapa nad ?" Tanya Tere balik sembari berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya

"Gue ? Gue emang kenapa ?" Tanya Nadine lagi

"Lu kenapa sih sama Nino ? Kenapa sejahat itu lu sama Nino dan sama hubungan gue dengan Nino ?" Tanya Tere langsung sembari melepaskan dekapan tangannya di dada dan kini tangannya mengepal

Nadine terkesiap, ia tak tahu harus berbicara apa. Sementara Tere memandangnya dengan tajam, menunggu jawaban darinya.

"Nad, lu anggap gue apa sih ? Sahabat ? Tapi kenapa lu ga biarin gue bahagia ? Kenapa ? Kenapa lu lakuin ini semua ? Gue dan Nino ga pernah sedikitpun ikut campur lu mau ngapain aja, sama siapa.. bahkan ketika lu ngilang sama si Tio yang ternyata lu ngamar sama dia, apa gue sama Nino diem aja ? Kita nyariin lu keliling Jakarta, takut lu kenapa kenapa.. Nino se-care itu sama lu, nad.. tapi kenapa tega teganya lu dan Cornell fitnah dia ? Dia hampir mati ditangan bokap gue gara gara fitnah kalian !" Ujar Tere dengan menggebu gebu meskipun ia masih diam di tempatnya

"Ter, gue bisa jelasin.." ucap Nadine lemah

"Penjelasan ? Untuk apa ? Gue denger sendiri gimana kalian ngerencanain buat ketemu bokap dan nyokap gue, gimana kalian memberikan informasi yang salah ke bokap nyokap gue tentang Nino.. padahal Nino memperlakukan gue dengan sangat baik nad.. sangat baik" ucap Tere yang kemudian memelankan suaranya di ujung kalimat

"Ter, gue cuma ga mau lu sakit sama dia.. kalian tuh ga bisa selamanya, kalian segender.. gue ga mau.." belum selesai Nadine menjelaskan, Tere sudah memotongnya dengan emosi

"Nad, Cornell juga cewek dan lu harus buka mata lu ! Cornell ngincer gue ! Gue dan Cornell juga segender tapi kenapa lu mihak Cornell dibandingkan dengan Nino yang jelas jelas udah buat gue bahagia selama ini ?" Tanya Tere kemudian dengan berang

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang