Chapter 42

574 56 13
                                    

Keesokan harinya, Tere terbangun setelah mendengar suara keributan disekitarnya. Ia membuka mata dan mengerjap ngerjapkannya pelan. Ada papa dan mamanya disana sedang mencecar Nino, kekasihnya yang juga nampak baru saja bangun dari tidurnya.

"Kamu tuh gimana ? Kamu ga ngasih tau sama saya, saya ini papanya orangtuanya kok malah baru sekarang saya tahu kalo anak saya masuk rumah sakit" ujar Thomas sembari memandang tajam pada Nino yang tertunduk di hadapannya

"Jangan mentang mentang kamu anak orang kaya, anak konglomerat bisa seenaknya terhadap putri saya ! Kamu tuh cuma temannya sedangkan kami orangtuanya.. seharusnya kami diberitahu sejak awal biar kami bisa membawanya langsung ke dokter langganan kamu ! Ga harus nunggu dia masuk rumah sakit dulu !" Ujar Thomas lagi dengan tidak sabar

"Sudah pah, Nina juga sudah berusaha menjaga Tere.. anak kita, sudah jangan dimarahi" ujar Anna menengahi

"Ya papa ga habis fikir ma ! Kita sebagai orangtuanya ga dikasih kabar sama sekali, malah kita dilangkahi.. tau tau anak kita dalam keadaan begini" lirih Thomas sembari tetap menatap tajam Nino yang berada dihadapannya

"T-tapi om.."

Belum sempat Nino berbicara, Thomas sudah memotongnya. Ia tak suka dengan keberadaan Nino karena menurutnya Nino telah lancang membawa Tere ke rumah sakit tanpa memberitahukan kepadanya.

"Sudah, ga usah banyak omong kamu !" Bentak Thomas kemudian

"Pah, sudah nanti jantungnya kambuh kalo marah marah terus.. sudah ya pah, sudah" ujar Anna sembari mengelus punggung Thomas untuk menenangkannya

Tere yang melihat Nino tak berkutik di depan kedua orangtuanya pun langsung memanggilnya.

"Na.." panggil Tere lemah

Nino pun menoleh dan langsung menghampiri Tere yang masih terbaring di bangsalnya. Ia khawatir Tere merasakan sakit di perutnya lagi sehingga ia langsung buru buru menghampirinya.

"Iya kenapa Ter ?" Tanya Nino kemudian

"Jangan diambil hati ya omongan papa tadi" ujar Tere

Nino hanya tersenyum, sementara itu Anna dan Thomas pun segera mendekati bangsal Tere setelah ia melihat Nino menghampiri putri semata wayangnya itu.

"Gimana keadaan kamu, nak ?" Tanya Thomas kemudian sambil memandangi putrinya dengan khawatir

"Jauh lebih baik pa, papa tau darimana aku ada disini ?" Tanya Tere kemudian

"Udah kamu ga usah mikirin itu, lain kali kalo merasa ga enak badan tuh bilang.. biar papa jemput kamu ke kampus.. jangan nunggu masuk rumah sakit dulu baru papa tahu kalo anak papa satu satunya lagi ga sehat" ujar Thomas kemudian

"Iya nak, mama sama papa khawatir waktu papa dapat telfon.. kasih tau kalo kamu masuk rumah sakit.. takutnya kamu kenapa kenapa karena kamu kan selama ini juga ga pernah cerita kalo ada ngerasain apa apa" ujar Anna menimpali suaminya

Tere pun tersenyum, ia meraih tangan  Thomas dan mengusapnya pelan.

"Papa sama mama ga usah khawatir, aku cuma butuh istirahat aja kok.. papa sama mama jangan gitu sama Nina, keluarganya Nina yang langsung bawa aku ke rumah sakit bahkan semuanya mereka yang urus.. mereka juga kan ga tau kemana harus menghubungi papa sama mama.. mereka udah melakukan yang terbaik untuk nyelametin aku" ujar Tere dengan lembut

Nino semakin menundukkan wajahnya, ia malu. Karena selama seminggu ia meninggalkan Tere tanpa memberi kabar dan kakaknyalah yang mengurus Tere sampai akhirnya ia mengabari sang kakak. Dan ia merasa bahwa Tere sakit karena dia lah penyebabnya.

Sementara itu Thomas menunduk, ia juga malu karena telah menghakimi seorang teman dari putri semata wayangnya. Tapi ia terlalu gengsi untuk meminta maaf, ia hanya diam tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang