Kini Tere menangis sesenggukan di lantai tertinggi di kampusnya. Ia lebih senang menenangkan diri dengan menangis sepuasnya disana sembari memegang pisau lipat kecil di tangan kanannya.
Ia kecewa, kecewa pada dirinya sendiri. Karena dirinya yang tak mampu melepaskan bayangan Cornell membuat Tasya menjadi bersikap seperti itu padanya. Ia juga sedih dan takut. Takut jika Nino akan meninggalkannya atas permintaan Tasya untuk kembali bersama Nay. Apakah ia sanggup melepaskan seseorang yang begitu tulus mencintainya dan menjadikannya layaknya ratu dihatinya bahkan di hidupnya seperti Nino ?
Kini pisau lipat itu menggores paha sebelah kirinya, cukup dalam hingga ia sedikit meringis merasakan perih karena angin meniupnya. Perihnya luka itu tak seperih hatinya. Sementara itu, ponselnya terus berdering. Nino terus terusan menghubunginya. Namun ia sedang ingin sendiri, menikmati rasa sakit itu karena kebodohannya.
Sayup sayup langkah kaki terdengar dari belakang tubuhnya yang tengah gemetar karena menangis hingga sesenggukan. Lalu sosok itu duduk disamping Tere dan menatap lurus ke depan tanpa menoleh kepada Tere yang tengah menundukkan kepalanya sembari memeluk kedua lututnya.
"Kalo mau nangis, nangis aja Ter.. gapapa, cuma aku yang tau kalo kamu mau nangis sepuasnya disini" ujar Cornell sembari pandangannya tetap lurus ke depan
Tere pun sedikit mendongakkan wajahnya lalu menoleh ke arah Cornell yang duduk disebelahnya.
"Kamu ngapain disini Nell ?" Tanya Tere kemudian
Cornell tersenyum, lantas ia menoleh ke arah Tere.
"Nemenin kamu.. aku ga mau kamu ngerasa sendiri, kalo kamu mau nangis ya nangis aja.. anggap aja aku ga ada disini" ujar Cornell
"Tolong tinggalin aku sendirian Nell, aku lagi pengen sendiri.. bahkan kalo bisa, tolong kamu pergi jauh dari hidup aku.. aku mohon" lirih Tere
Cornell hanya diam, ia tetap memandang wajah Tere yang sembab dan masih berlinang airmata.
"Aku mohon Nell, tolong kamu jangan ganggu aku lagi.. aku ga mau hubunganku jadi berantakan karena ada kamu" ucap Tere memohon dengan tatapan mengiba menatap Cornell
Beberapa detik kemudian, Cornell nekat. Ia hendak memeluk Tere dengan paksa meskipun Tere memberontak, Cornell tetap memaksa ingin memeluknya.
"Ga, Nell.. jangan kayak gini, aku mohon" ucap Tere sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Cornell
Cornell hanya diam, ia tetap ingin memeluk Tere seperti dulu yang biasa ia lakukan saat Tere sedang merasa sedih. Cornell selalu ada untuk memberinya pelukan.
Hingga akhirnya Tere pun luluh, ia menangis sesenggukan di pelukan Cornell.
"Kenapa sih Nell ? Kenapa ? Kenapa harus aku Nell ?" Tanya Tere sembari terisak dalam tangisnya
Cornell hanya diam sembari mengusap kepala Tere dengan lembut lalu mencium pucuk kepalanya.
"Tolong tinggalin aku, aku ga bisa kayak gini terus Nell.. aku ga bisa !" Ujar Tere yang semakin histeris dipelukan Cornell
"Aku sayang kamu Ter, sayang banget sama kamu" ucap Cornell pelan sembari tetap mengusap kepala Tere yang masih berada dalam pelukannya
"Tapi kita ga bisa sama sama lagi Nell, kamu punya Sheila dan aku punya Nino.. jangan jadikan aku orang jahat yang ngerebut kamu dari Sheila dan juga ninggalin Nino demi kamu.. tolong ngertiin keadaannya" ucap Tere sembari sedikit menggelengkan kepalanya, airmatanya terus berderai
"Kita bisa sama sama kayak dulu lagi Ter, asal kamu ga ngejauh dan ngehindar dari aku.. aku ga bisa jauh dari kamu" ujar Cornell dengan tatapan yang bersungguh sungguh
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya