Chapter 22

726 73 1
                                    

Sesampainya di Jakarta, Nino menyegerakan diri untuk menghubungi nomor ponsel sang kekasih. Namun beberapa kali sempat di rejectnya, hingga akhirnya ia pun memilih untuk mengirim sebuah pesan untuk Tere dan memintanya untuk mengangkat telfonnya terlebih dahulu meskipun hanya sebentar.

To : Theresia ❤️

Sayang, aku sudah di Jakarta. Sepertinya kita harus bicara, maaf kalo aku bersikap seperti anak kecil tadi. Maaf kalo aku udah ga jujur bahwa aku pergi ke sirkuit bukan ada urusan kantor.

Aku minta maaf, sayang ❤️
Angkat dulu telfon aku ya ? Sebentar aja, setelah itu aku janji ga akan ganggu kamu.

I love you ❤️

Tak lama kemudian, ponsel Nino berdering. Tere menelfonnya. Ia pun segera mengangkat telfon itu dan berbicara dengan sang kekasih.

"Sayang" panggil Nino pelan

"Hmm" jawab Tere dengan ketus

"Kamu mau nginep di tempat Nadine atau mau pulang ?" Tanya Nino masih dengan sangat lembut dan berhati hati

"Kenapa emangnya ?" Tanya Tere

"Ya gapapa, kalo kamu mau pulang ya aku jemput" jawab Nino

Belum sempat Tere berbicara, Nadine sudah memotongnya dengan sedikit berteriak. Sepertinya ia cukup jauh dari Tere yang sedang menelfon Nino.

"Jemput no, jemput.. bini lu rese kalo lagi galau hahaha" celetuk Nadine

Nino hanya diam tak menanggapi, Tere pun begitu. Setelah 5 menit kemudian, barulah Nino kembali berbicara. Ia benar benar menurunkan intonasinya kali ini.

"Kalo kamu mau nginep, ya udah.. aku pulang ke rumah kalo begitu.. good night, sayang" pamit Nino

"Siapa bilang aku mau nginep ? Kamu dimana sekarang ?" Tanya Tere tetap dengan sikap ketusnya

"Aku di depan kostnya Nadine, kalo kamu ga pulang ya udah aku pulang" jawab Nino kemudian

Tere pun menghela nafas lega, ia pun segera membereskan barang barang yang tadi dibawanya ke tempat Nadine.

"Ya udah aku beres beres bentar" ujar Tere

"Iya, sayang"

Klik

Tere pun mematikan sambungan telfon secara sepihak membuat Nino mendengus sebal. Kali ini ia harus menunggu dan itu sangat membosankan baginya.

Sekitar 30 menit kemudian, barulah Tere keluar dari gerbang kost dan langsung berjalan menghampiri mobil Ferarri yang terparkir di seberang rumah kost. Dan langsung membuka pintu mobil sehingga mengejutkan Nino yang sedang asyik dengan ponselnya.

Tere pun memasang seatbelt tanpa berbicara sepatah kata pun pada Nino. Bahkan ia tak menoleh sama sekali. Nino pun hanya diam melihat tingkah laku kekasihnya itu.

"Sudah ?" Tanya Nino kemudian

Tere hanya mengangguk kecil. Nino pun segera menyalakan mesin mobil dan langsung tancap gas dari sana.

*

Sesampainya di kost, Tere tak menawarkan Nino untuk mampir. Namun ia sendiri yang berinisiatif untuk mengekor Tere yang berjalan sedikit tergesa gesa masuk ke dalam kamar kostnya.

Selama Tere mandi, Nino membantu Tere untuk merapihkan tempat tidur dan menyapu seluruh area kamar kost itu. Setelah Tere selesai mandi, Nino pun menghampiri Tere.

"Aku boleh pinjam handuk kamu ?" Tanya Nino pelan

Tere sebenarnya tersenyum kecil namun ia sembunyikan itu seolah ia masih marah dengan Nino yang membohonginya padahal ia khawatir dengan keadaan Nino yang belum 100% sembuh dari cedera di pergelangan tangannya. Ia pun memberikan handuknya, lalu kembali membalikkan badan. Ia tak mau Nino melihatnya tersenyum.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang