Kondisi fisik Nino kini mulai membaik pasca operasi penyambungan tulang rusuk di bagian dada yang patah. Seminggu setelah dirawat di rumah sakit, ia sudah diperbolehkan pulang namun dengan catatan bahwa ia tak boleh melakukan aktifitas yang berat terlebih dahulu dan ia juga harus rajin konsultasi dengan psikiater yang sudah ditunjuk untuk permasalahan gangguan disosiatif yang dialaminya.
Nino mencium aroma lavender di dalam kamarnya, membuat ingatannya kembali ke saat dimana Tere pertama kali menginap di kamar masa kecilnya.
"Ter, kamu jangan disitu.. disini dekat aku" ujar Nino sembari menepuk ruang kosong disebelahnya seperti sedang menyuruh seseorang untuk berada di dekatnya, pada kenyataanya dia hanya seorang diri di dalam kamar
"Ayang, aku inget deh pertama kali kamu kesini.. kamu bilang suka sama aroma lavender di kamar aku hehehe" ujar Nino yang kemudian terkekeh pelan
"Ga akan aku ganti sih kalo emang kamu suka sama wangi lavender di kamar aku, aku seneng kalo kamu jadi betah disini" lanjutnya berceloteh sendiri
"Malam ini kita nginep disini dulu ya ayang, besok kita nginep di rumah kamu.. gantian, biar ayah dan mama aku juga ga kesepian kesepian banget karena ada kita" lanjut Nino lagi sembari menatap guling yang berada disebelahnya
Buno yang mengintip dari celah pintu kamar Nino, langsung mengelus dadanya. Ia sangat prihatin dengan kondisi mental dan kejiwaan putri bungsunya.
"Ngapain mah ?" Tanya Tasya yang baru saja keluar dari kamar Arunika untuk mengambil membuatkan sebotol susu untuk Arunika
"Ga, gapapa" ujar Buno yang terkejut dengan kedatangan Tasya yang tiba tiba berada di sampingnya
"Kenapa sih ? Coba aku pengen liat" ujar Tasya yang penasaran dengan apa yang sedang diintip oleh Buno sedaritadi
"Ga, sya.. ga ada apa apa.. mamah cuma mau memastikan kalo adik kamu baik baik aja.. udah sana kamu buat susu untuk Arunika, kasihan nanti cucu mamah kelaparan" ujar Buno berusaha mengalihkan perhatian Tasya
"Ya kalo buat mastiin doang, mamah ga perlu ngintip ngintip gini tinggal masuk doang dan nanya ke Ninonya sendiri.. dia baik baik aja atau ga" seloroh Tasya sembari mendorong pelan tubuh Buno, karena ia benar benar penasaran
"Ga, sya.. ga ada apa apa" ujar Buno gelagapan, pasalnya Nuno sudah mewanti wanti agar Tasya tak mengetahui kondisi mental dan kejiwaan Nino yang terganggu
Tasya pun langsung membuka pintu kamar Nino lebar lebar dan mendapati sang adik tengah memeluk guling dan menciuminya. Nino pun langsung menoleh ke arah pintu dan memprotes tindakan sang kakak yang mengganggu keintimannya dengan "Tere".
"Kak, bisa ga kalo mau masuk tuh ketuk pintu dulu ?" Tanya Nino kemudian sembari melepaskan rangkulannya pada guling yang ia anggap adalah Terenya
"Lu ngapain ?" Tanya Tasya sembari memicingkan matanya, ia hanya ingin memastikan bahwa penglihatannya itu salah.
"Ya gue lagi sama bini gue lah kak, lu gimana sih ? Lu lupa kalo gue sama Tere udah nikah ?" Tanya Nino balik yang kemudian membuat Tasya membelalakkan matanya
"Untung aja gue ga lagi ngewe sama Tere coba.. kalo iya kan gue jadi malu" ujar Nino sembari mendekati Tasya
Kaki Tasya terasa lemas, ia tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi kenyataan bahwa sang adik sekarang memiliki gangguan mental. Ia hanya diam dan bersandar pada tembok di belakangnya.
"Kak, udah ya ? Lu keluar, gue ga enak sama Tere" usir Nino dengan halus sembari mendorong pelan Tasya yang masih bersandar
Tasya pun mengumpulkan sisa sisa energinya untuk pergi dari kamar Nino dan langsung menuju kamarnya. Ia langsung menubruk Tarra yang tengah sibuk dengan ponselnya dan merebahkan diri diatas ranjang tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya