Chapter 57

534 54 6
                                    

"Halo iya pa ?" Tanya Tere pada Thomas sesaat setelah mengangkat panggilan telfon dari sang papa yang begitu mendadak

"Kamu Minggu ini kenapa ga pulang ? Ada yang papa mau bicarakan sama kamu" jawab Thomas dengan nada bicara yang cukup serius

"Aku lagi sibuk pa, lagi banyak kerjaan jadi ga sempet pulang karena Sabtu juga aku udah terlalu capek" jawab Tere yang sebenarnya sambil memutar bola matanya malas

"Kamu kapan bisa pulang ? Kita harus bicara" ujar Thomas

"Bulan ini aku bener bener ga tau bisa pulang atau ga, karena emang jadwal aku lagi padet banget" jawab Tere ngeles, sejujurnya ia malas pulang karena ia merasa tak nyaman dengan kedua orangtuanya yang kerap kali tiba tiba mencecarnya dengan pertanyaan pertanyaan yang menurutnya tak penting untuk dijawab sama sekali

Samar samar terdengar suara Anna, ia seperti sedang menenangkan Thomas. Entah apa yang ingin mereka bicarakan sebenarnya tapi membuat Tere cukup gusar dan lebih baik menghindar.

"Ya sudah, saya tunggu kamu pulang ke rumah ini.. semoga saja kesibukanmu bukan alasan untuk menghindar dari saya" ujar Thomas dengan tegas dan langsung mematikan sambungan telfonnya begitu saja

Telfon dari sang papa membuat Tere tidak berselera pagi ini, ia menjadi gusar terlebih terdengar dari nada bicara sang papa seperti ada suatu masalah besar yang harus segera dibahasnya.

Nino pun terusik dari tidurnya karena mendengar Tere sedang berbicara melalui telfon dengan papanya. Ia pun langsung memeluk perut Tere sementara tubuhnya setengah bersandar di headboard.

"Selamat pagi, ayang" sapa Nino dengan suara serak khas bangun tidurnya

"Pagi, ayang" jawab Tere sembari tersenyum dan langsung membungkukkan tubuhnya untuk mencium kening Nino yang baru saja membuka matanya

"Pagi pagi gini siapa yang telfon ?" Tanya Nino kemudian

"Papa, nanyain kabar aku aja tadi.. kamu bangun gara gara denger aku telfon ya ? Maaf ya sayang kamu jadi kebangun gara gara aku" ujar Tere sembari mengusap rambut Nino dengan lembut membuat Nino memejamkan matanya kembali

"Oh, ya kamu sih ga pulang ke rumah jadi kan papa mama kamu khawatir.. kamu ke kampus hari ini ?" Tanya Nino sembari menenggelamkan wajahnya ke pinggul Tere, ia nyaman dengan posisinya sekarang

"Iya tapi agak siangan, aku mau beli barang titipan kak Tasya dulu.. btw aku boleh minta tolong ga, ayang ?" Tanya Tere kemudian

"Apa ?" Tanya Nino balik sembari mendongakkan wajahnya, namun ia masih memejamkan matanya

"Habis nganterin aku ke kampus, aku minta tolong anterin barang titipannya kak Tasya ? Kalo ga bisa juga gapapa, biar sepulang dari kampus aja aku kesananya" ujar Tere kemudian

"Hmm, oke deh.. ya udah sana kamu mandi dulu terus siap siap, habis itu gantian" perintah Nino dengan wajah cemberutnya, pasalnya hatinya belum bisa berdamai dengan Tasya meskipun Tasya adalah saudara kandung satu satunya

"Jangan cemberut gitu dong, ayang.. aku kan cuma minta tolong, kalo kamu ga mau juga gapapa kan tadi aku bilang" ujar Tere

"Ga, sayang.. aku ga cemberut, habis dari nganterin kamu ke kampus nanti aku langsung ke rumah buat sampein titipan kak Tasya" jawab Nino dengan lembut, ia memang tak bisa menolak Tere dalam hal apapun itu. Yang hanya bisa dilakukannya adalah mengalah dan mengikuti kemauan Theresia Soedibjo.

"Makasih, sayang.. ya udah kamu geser, aku mau mandi terus siap siap buat beli barang titipannya kak Tasya dulu" ucap Tere sembari mencium kening Nino dan Nino pun langsung menggeser tubuhnya agar Tere tak lagi tertahan karena pelukannya

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang