Chapter 82

575 69 45
                                    

Jenazah Tasya kini sudah selesai menjalani proses balming dan sudah di rias sebagaimana mestinya. Sementara itu Tarra dan Nino berusaha sekuat mungkin untuk tetap terlihat tegar sementara para pelayat datang untuk sekedar memberikan ucapan belasungkawa.

"Nih minum dulu" ujar Nay sembari menyodorkan sebotol air mineral pada Nino yang tengah berdiri di samping peti jenazah sang kakak sembari memandangi Tasya yang tengah memejamkan matanya disana dengan gaun pernikahannya

Nino menoleh lalu berusaha tersenyum ke arah Nay dan mengambil sebotol air mineral itu. Nino dengan sadar langsung mengambil obat anti depresannya dan langsung meminumnya.

"Udah yuk sini duduk, kamu pasti capek berdiri terus.. kak Tasya baik baik aja no, dia udah tenang, dia udah ga sakit lagi sekarang" ujar Nay sembari mengelus punggung Nino dengan lembut

Nino pun langsung mengikuti langkah Nay yang menarik tangannya menuju kursi yang memang disediakan untuk keluarga dan para pelayat yang datang ke rumah duka meskipun hanya sekedar menyampaikan ucapan bela sungkawa. Nino duduk lalu langsung memeluk Nay yang tengah berada disampingnya. Ia langsung menghamburkan tangis dalam pelukan Nay.

"Iya aku tau kamu pasti kehilangan kak Tasya, tapi jangan gini.. kak Tasya pasti sedih kalo liat kamu sedih" ujar Nay menasihati

Nino tak banyak mengucapkan banyak kata, ia hanya menangis dipelukan seseorang yang bisa menenangkannya. Karena pada saat ini, ia hanya butuh sebuah pelukan dibanding dengan ucapan ucapan yang berusaha menguatkannya. Tarra yang melihat itu, langsung duduk disamping Nino dengan membawa Arunika di dalam gendongannya. Arunika bocah mungil yang tak tau apa yang sedang terjadi itu hanya menendang nendang udara dan terkekeh melihat banyak orang yang datang lalu menyapanya.

"No, udah.. gue tau lu sayang sama Tasya dan sangat kehilangan dia, gue juga sama no.. apalagi Arunika.. udah ya" ujar Tarra sembari sesekali mengusap bahu Nino

"Tarr.." panggil Nino sembari melepaskan pelukannya dari Nay dan langsung memeluk Tarra dengan erat  membuat Tarra mau tak mau kembali menangis namun kali ini ia tak heboh

Tak lama kemudian, Thomas datang dengan membawa serta anak dan istrinya yang mengekor di belakang. Sementara langkahnya tegap dan wajahnya tegas menyiratkan bahwa ia tak menyukai keadaan sekitar. Langkah Thomas terhenti tepat di hadapan Nino yang tengah menangis memeluk Tarra, Tarra langsung mendongakkan kepala dan terkejut melihat kedatangan kedua orangtua Tere beserta Tere ke rumah duka.

"No, bokap nyokapnya Tere datang" ujar Tarra memberitahu dengan berbisik sembari mengusap airmatanya

Nino pun langsung terkesiap, ia langsung menegakkan badannya dan menghapus airmata serta lelehan ingus di hidungnya. Ia langsung berdiri tegap dihadapan Thomas dan mereka saling pandang satu sama lain.

"Saya atas nama pribadi dan keluarga ikut berbelasungkawa atas meninggalnya kakak kamu" ucap Thomas dengan tegas sementara Tere hanya tertunduk dibelakangnya

"Terima kasih om" ucap Nino dengan sopan, meskipun ia tahu berhadapan dengan orang yang pernah membuatnya hampir mati dan juga terkena gangguan mental. Tapi tetap saja ia harus sopan.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa, yang saya bisa hanya menyesali apa yang saya telah perbuat.. saya terlalu buta, saya termakan dengan rasa benci hingga saya tak melihat bahwa kamu mencintai putri saya" ucap Thomas lagi membuat airmata Nino pun kembali menggenang

"Dengan segala kerendahan hati, saya minta maaf.. saya pernah melukai anda, saya terlalu percaya dengan Cornell hingga membuat anda tersiksa dan sekarang saya tahu, anda tidak semenjijikan itu bahkan anda harus kehilangan kakak anda karena putri saya.. saya minta maaf" lanjutnya sembari membungkukkan tubuhnya

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang