Setelah beberapa hari di rawat di RS Grha Kedoya, Nino pun diperbolehkan pulang meskipun salah satu pergelangan tangannya masih di gips. Ia pulang dengan hati yang bahagia karena sekarang ia sudah memiliki pujaan hatinya seutuhnya. Tentu tanpa sepengetahuan Tarra dan Tasya.
Jika kakak dan sahabatnya tahu, sudah pasti mereka akan heboh. Lebih tepatnya heboh minta traktiran sebagai "pajak jadian".
Hari itu, Tere terlihat tambah lebih cantik dari sebelumnya. Dengan menggunakan blouse berwarna cokelat tua dan celana jeans hitam andalannya justru membuatnya nambah mempesona dimata seorang Nina Bastara Tjahjono yang sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya.
"Sya, padahal ga usah repot repot sih jemput.. kalian jadi ga ke kantor gara gara jemput gue doang.. ada Tere juga padahal" ujar Nino
Tarra dan Tasya pun saling memandang heran. Pasalnya kalau tidak salah ingat, wanita bernama Tere ini adalah seorang dosen. Mengapa dia diperbolehkan untuk tidak bekerja di hari kerja sedangkan mereka yang notabene adalah kakak dan sahabat Nino malah diperdebatkan keberadaannya di hari kerja demi untuk menjemput Nino.
"Tere juga kan harusnya kerja, kok lu fine fine aja dia ada disini ?" Tanya Tasya menyelidik
"Bu-bukan gitu sya, maksud gue Tere kan waktunya juga fleksibel sebagai dosen dia sah sah aja ga masuk kelas atau memang lagi ga ada jadwal kelas.. jadi dia ya gapapa jemput gue" jawab Nino ngasal
Tere hanya tersenyum canggung melihat perdebatan kakak beradik itu secara langsung. Pasalnya dihadapannya bukanlah kakak beradik biasa, namun putri penerus dari keluarga Tjahjono yang namanya terpampang dalam daftar 10 orang terkaya versi majalah Forbes.
"Ter, lu emang mau mau aja jemput Nino ? Lu ga keberatan gitu bolos demi bocah kupret satu ini ?" Cecar Tasya kemudian
"Ya gapapa sih kak" jawab Tere canggung sambil sesekali menggaruk lengannya, padahal ia tak merasa gatal sama sekali
Tarra pun mencolek lengan Tasya memberikan kode bahwa ada yang salah dari keduanya. Lalu Tarra pun menyedekapkan kedua tangannya ke dada.
"Lu utang cerita sih sama gue no, kayaknya ada sesuatu nih diantara kalian yang gue ga tau" ujar Tarra sambil menatap sengit Nino, sahabatnya
"Udah deh, lu pada mau jemput gue balik atau mau ribut sama gue sih ?" Tanya Nino yang sudah mulai hilang kesabaran dengan Tarra dan Tasya yang seolah menginterogasinya
Tasya pun memberi kode mata pada Tarra yang langsung dipahaminya. Mereka pun segera keluar dari ruangan tempat Nino di rawat sebelumnya.
"Sayang, kamu ga boleh gitu sama kakakmu sendiri.. masa sama kakak sendiri ribut terus sih ?" Seloroh Tere sambil membereskan perlengkapan Nino yang ada di nakas dan memasukkannya satu persatu ke dalam tasnya
"Ya abis punya kakak juga begitu kelakuannya, suka jail aja sama adiknya.. usil banget" jawab Nino
Tere pun tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Nino yang persis seperti anak kecil jika bersama sang kakak.
"Ya udah yuk, kita pulang" ajak Tere
Tere dan Nino pun saling menggenggam tangan sembari berjalan keluar ruangan yang kemudian aksi itu dilihat oleh Tasya dan Tarra yang memang sengaja menunggu moment ini.
"Oh jadi gini, pantes aja ga mau dijemput sama kita.. ternyata diem diem ada yang digandeng" sindir Tasya
Nino pun tersenyum kikuk karena ketahuan oleh sang kakak.
"Senyum doang lu, lu utang cerita ya sama gue !" Ujar Tarra kemudian
*
Semenjak Nino kecelakaan, Tere jauh lebih posesif padanya. Meskipun mereka baru resmi menjadi pasangan kekasih, tapi hal itu tak membuat mereka terlibat konflik satu sama lain. Terutama jika Nino tak sependapat dengannya, ia akan selalu mengajak Nino berdebat sehingga akhirnya Nino lebih memilih mengalah dan mengikuti pendapat Tere sebagai pasangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya