Chapter 67

483 52 32
                                    

Selepas Jihane mendonorkan darahnya untuk Nino, ia pun langsung beristirahat sejenak agar kondisinya pun tetap fit.

Para dokter yang tengah melakukan operasi di ruang khusus operasi pun membutuhkan waktu selama 5 jam hingga akhirnya operasi dinyatakan sukses. Karena kondisi Nino yang sangat mengkhawatirkan, membuat para dokter benar benar mempertaruhkan pekerjaannya untuk menyelamatkan sang putri bungsu konglomerat.

Kondisi Nino pasca operasi kini masih dalam keadaan koma meskipun operasinya dinyatakan berhasil, membuat Tasya menatap sang adik penuh dengan rasa iba.

"Andai gue bisa cegah supaya perempuan itu ga masuk ke dalam kehidupan lu no, ga akan gini jadinya" lirih Tasya sembari menatap Nino dari kaca transparan yang memisahkannya dengan sang adik tercinta yang kini tengah berjuang mendapatkan kembali kehidupannya meski sekarang nafasnya pun disangga dengan selang oksigen dan beberapa selang yang masuk ke dalam tubuhnya

Tarra yang melihat Tasya terlihat down pun langsung mendekati dan merangkul bahu Tasya, berusaha menguatkannya karena mau bagaimanapun Nino juga adalah sahabat dan adik iparnya sekaligus. Sudah pasti Tarra pun tak tega melihat Nino yang terbaring tak berdaya seperti sekarang.

"Sayang, doain yang terbaik aja ya buat Nino.. semoga dia bisa pulih seperti sediakala" ujar Tarra pelan sembari mengusap lengan Tasya yang berada dalam rangkulannya

Ci Ondet dan Jihane yang baru saja keluar dari ruangan khusus tempat Jihane mendonorkan darahnya pun langsung menghampiri Tasya dan Tarra yang tengah memandangi Nino yang terbaring dengan peralatan medis disekitarnya.

"Sya.." panggil Ci Ondet pelan

Tasya pun menoleh dan langsung menghamburkan pelukannya pada sepupunya itu.

"Yang sabar ya sya, Nino pasti kuat kok.. anak itu kan biar kelihatan lemah fisiknya aslinya kuat banget.. kamu yang sabar ya sya" ucap Ci Ondet sembari mengelus punggung Tasya dengan lembut

"Semoga Nino lekas sadar dan cepat sembuh ya kak Tasya" ujar Jihane sembari tersenyum, ia pun melongok ke arah ruangan dimana seseorang yang berwajah mirip dengan kekasihnya tengah terbaring

Tasya mengangguk pelan, ia pun melepaskan pelukannya dari Ci Ondet dan langsung memeluk Jihane dengan penuh haru.

"Terima kasih ya Jihane, terima kasih.. kamu sudah mau mendonorkan darah kamu untuk nyelametin nyawa adik aku, makasih ya" ucap Tasya dengan tulus yang hanya disambut senyuman oleh Jihane

Sementara itu di kediaman keluarga Soedibjo, Tere langsung masuk ke dalam kamarnya selepas kepergian Nino yang harus di gotong oleh ayahnya dan ambruk di pelukan kakaknya. Ia tak pernah melihat Nino selemah itu selama ini, bahkan ketika Nino sakit pun ia selalu merasa dirinya sehat demi menemaninya dalam kondisi apapun.

Tere merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal dengan bertelungkup. Lalu ia menangis, ia menangisi hubungannya dengan sang kekasih yang harus kandas seperti ini.

Mau bagaimana pun keras kepalanya Nino, ia tetap Nino yang manis bila sedang bersama dengannya. Tere ingat itu. Perasaan bersalah pun menyelimuti hatinya sekarang, membuat ia tak sanggup lagi untuk menahan derai airmata yang sedaritadi sangat berusaha ditahannya.

Tiba tiba Thomas membuka pintunya dan mendapati putri semata wayangnya yang tengah tertelungkup sembari menangis, ia pun langsung menghampirinya.

"Apa yang kau tangisi ?" Tanya Thomas kemudian

"Menyesal sudah meninggalkan dia untuk kami yang sudah merawat dan membesarkanmu Theresia ?" Lanjutnya, Thomas seperti tak puas jika hanya mencecar Tere dengan sekali atau dua kali saja

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang