Tere melangkahkan kakinya dengan cepat, sementara Nino terseok seok mengejarnya di belakang. Sesekali ia memanggil Tere, namun Tere tak menggubrisnya. Ia malah memesan taksi online untuk pulang ke rumahnya.
"Ter, Tere.. tunggu dong" panggil Nino meneriaki Tere sehingga dirinya sekarang menjadi pusat perhatian orang orang disekitarnya
"Tere ! Tunggu !" Teriak Nino lagi
Tere malah semakin mempercepat langkahnya, meninggalkan Nino jauh di belakang yang terus berusaha mengejarnya.
Ia pun terus berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang, cemburu telah menguasai dirinya. Padahal, Nino juga tak berbuat yang macam macam dihadapannya. Tapi melihatnya bertatap muka kembali dengan sang mantan kekasih, justru itu membuatnya malah seperti orang kerasukan.
Tere pun menunggu taksi onlinenya masuk ke area lobby mall, sehingga ia berdiri persis di depan pintu. Nino dengan yang nafas tersengal sengal pun langsung menghampirinya.
"Ayang, kamu tuh marah kenapa sih ? Kamu cemburu sama dia ?" Tanya Nino terbata bata sambil mengatur nafasnya
Tere hanya diam, ia tak mau berbicara sepatah katapun pada Nino. Ia mementingkan egonya sendiri, seolah dirinya yang paling terluka dan tersakiti dengan pertemuan tanpa sengaja antara Nino dengan sang mantan kekasih.
"Andai aja kita bisa bertukar tempat, biar kamu tau rasanya jadi aku.. aku harus membiasakan diri dengan kehadiran Cornell dan harus membuang egoku sejauh mungkin, aku harus terima kalo pacarku foto bareng sama mantan gebetannya.. aku ? Ketemu tanpa sengaja sama Nay aja malah jadi masalah sebesar ini ya ? Ya udahlah gapapa, aku ngalah aja.. bye" ucap Nino sambil langsung membalikkan badan dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan apakah Tere mengejarnya atau tidak
Tere terhenyak, sekali lagi ia baru menyadari bahwa dirinyalah yang egois. Ia merasa paling tersakiti tanpa melihat Nino yang lebih terluka. Cornell berada di lingkungannya, satu pekerjaan dengannya sedangkan Nay ? Bahkan Nino sendiri tak tahu kapan ia pulang ke Indonesia.
Tere pun menoleh ke arah Nino yang sudah menjauh pergi. Kini ia baru menyadari bahwa selama ini, Nino tak pernah mengeluh apapun tentang Cornell. Nino tak pernah mengatakan bahwa ia cemburu ketika Cornell kembali mendekati Theresia Soedibjo miliknya.
Ia ingin mengejar, tapi gengsinya terlalu tinggi. Ia pun membiarkan Nino pergi begitu saja dan ia pun langsung masuk ke dalam taksi online yang baru saja datang di hadapannya.
"Sesuai aplikasi ya pak" ujar Tere
Supir taksi online itu pun hanya mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya. Sepanjang jalan Tere hanya berdiam diri sambil sesekali melirik ponselnya, siapa tahu Nino mengirimkan pesan untuknya.
Sesampainya di depan rumah, Tere tak langsung masuk. Ia sedikit berharap Nino menyusulnya kesini. Tapi setelah 10 menit menunggu, sangat mustahil jika dalam keadaan seperti ini Nino akan menghampirinya.
Ia pun langsung bergegas masuk ke dalam rumah.
"Hai, pah.. mah.." sapa Tere yang baru saja melewati ruang tv dan melihat kedua orangtuanya sedang menonton acara televisi
"Eh sudah pulang, diantar Cornell nak ?" Tanya Anna kemudian
"Ga, aku diantar teman tadi.. terus sempet nonton dulu baru kesininya naik taksi online" ujar Tere menjelaskan
"Loh, kenapa temannya ga diajak ke rumah aja sekalian.. biar mampir dulu ?" Tanya Thomas sembari membetulkan letak kacamatanya
"Ga, pah.. dia ada urusan mendadak jadi aku yang inisiatif buat pesan taksi online.. kasian kalo harus nganter aku dulu" jawab Tere sekenanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya