Chapter 17

822 69 3
                                    

Waktu terus berlalu hingga tanpa terasa kebersamaan Tere dan Nino sudah menginjak 1 bulan. Tere merasa Nino adalah orang yang tepat untuk mengisi hari harinya. Belakangan ini ia sering merasa gelisah bila Nino telat mengabarinya karena urusan kantor. Terkadang ia pun merasa cemburu bila Nino bercerita bahwa ia baru saja meeting dengan kliennya dan itu adalah perempuan.

Namun, ia masih meragu. Ia takut bahwasanya Nino tak benar benar memiliki perasaan yang sama dengannya sehingga ia pun mengurungkan niat untuk mengutarakan perasaannya pada Nino seperti janjinya dulu. Ia butuh diyakinkan bahwa memang Nino adalah orang yang tepat dan memang betul betul mencintainya tak seperti Cornell yang hanya melabeli dia adalah miliknya. Yang pada kenyataannya, hati dan tubuhnya telah dimiliki oleh oranglain sebelum ia hadir ke kehidupan Cornell yang diawali oleh menjadi rekan kerjanya.

Pagi ini, Tere nampak gelisah. Ia seperti merasa khawatir pada sesuatu tapi ia juga tak tahu apa yang membuatnya merasa khawatir. Beberapa kali ia pun mencoba menghubungi Nino, namun tak digubrisnya. Tere pun cemas.

Tere memilih untuk meninggalkan kelas selagi suasana hatinya tak menentu seperti ini. Ia pun lebih memilih untuk menyendiri di sudut kampus sambil menikmati iced coffee latte less sugar andalannya untuk menenangkannya.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Ia pun menengok sekilas sebelum mengangkat telfonnya.

"Hai Ter, maaf baru ngehubungin kamu.. aku baru selesai meeting, kamu lagi apa ?" Tanya Nino kemudian membuka percakapan

"Hmm.. aku lagi di kampus" jawab Tere dengan sedikit ketus

Nino pun mendengus sebal, ia tahu bahwa Tere sedang merasa khawatir padanya dan itu terlihat dari pesan pesan yang dikirimkan olehnya.

"Ter, ngopi yuk ?" Ajak Nino kemudian

"Aku udah ngopi" jawab Tere lagi lagi dengan ketus

"Ter, jangan ngambek gitu dong.. aku bingung harus gimana kalo gitu.. aku jemput deh ya ke kampus ?" Bujuk Nino

Tanpa basa basi, Nino pun segera mematikan telfonnya dan keluar dari ruangan. Ia pun segera mengambil mobil dan memacunya secepat kilat menuju kampus Tere.

"Dasar nyebelin !" Ujar Tere sambil menaruh ponselnya kembali ke atas meja dan ia pun kembali melanjutkan lamunannya dengan segelas iced coffee di hadapannya

Tak lama kemudian, Cornell yang melihat Tere sedang menyendiri langsung menghampirinya. Ia berharap bahwa Tere akan melihatnya karena sudah sebulan ini pula Cornell selalu mengejar Tere yang selalu menghindarinya.

"Hai Ter, kok kamu disini ?" Tanya Cornell basa basi

Tere pun memutar bola matanya malas, ia pun menyesap iced coffeenya lalu menoleh ke arah Cornell.

"Ya terus kenapa ? can you go ? i don't want to be disturbed" ujar Tere dengan ketus

"Kamu kenapa sih Ter ? Kamu sekarang kayak ga pernah nganggep aku ada sekalipun aku ada dihadapan kamu.. kadang kamu lebih milih buat menghindar dari aku, apa aku masih ga bisa dimaafin ?" Tanya Cornell dengan mendesak

"Aku udah bilang kan kalo aku udah maafin kamu, udah deh tolong banget mood aku lagi buruk.. aku minta tolong, aku lagi ga mau diganggu nell.. bisakah kamu pergi sekarang ?" Tanya Tere dengan sedikit berpura pura memelas dihadapan Cornell agar ia mau pergi dari hadapannya secepat mungkin

"Kamu udah punya pacar ya ?" Tanya Cornell menyelidik

"Kalo iya kenapa dan kalo ga kenapa ? Ada masalah apa dengan kamu ?" Seloroh Tere yang mulai jengah dengan keberadaan Cornell

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang