Chapter 54

515 53 12
                                    

Pagi pagi buta, Tarra yang tak bisa tidur semalaman berusaha mengendap endap keluar dari villa yang disewa oleh Nugraha Tjandra Tjahjono yang sebenarnya sudah resmi menyandang status sebagai mertuanya tak lagi pake embel embel calon.

Diam diam ia ingin pergi meninggalkan semuanya, termasuk Tasya dan juga sahabatnya. Namun, Nino yang semalaman tak bisa tidur dengan tenang dan lebih memilih berdiam diri di balkon sembari menghisap rokoknya. Sementara Tere masih tertidur pulas di tempat tidur dengan keadaan tanpa busana sama sekali. Karena untuk kesekian kalinya, Tere dan Nino melakukan having sex bukan hanya untuk melampiaskan hasratnya. Tapi agar keduanya bisa berbicara heart to heart setelah melakukan hubungan intim.

Nino memicingkan matanya, dahinya berkerut menatap seseorang yang sedang berusaha menyelinap keluar villa dengan membawa tas ranselnya. Ia pun terperanjat dan langsung mengendap endap pergi keluar untuk mengejar Tarra, sahabatnya.

Tarra yang sadar bahwa dirinya dikejar oleh Nino, langsung mempercepat larinya. Yang tidak ia sadari bahkan secepat apapun Tarra takkan mampu menyaingi langkah Nino yang lebih panjang darinya.

Nino pun berhasil menjatuhkan Tarra yang tengah berusaha berlari kencang darinya. Ia terjerembab dengan Tarra yang tertindih oleh badannya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Tarra.

"Lu mau kemana, anjing !" Seru Nino sembari menarik baju Tarra, membalikkan tubuhnya dan menghajar wajah Tarra tepat dihidungnya

Tarra berusaha menahan tangan Nino yang kini tengah mencekik leher Tarra hingga ia hampir saja kehabisan nafas.

"Lepasin gue, bangsat !" Seru Tarra dengan sedikit terbata bata karena Nino masih mencekik lehernya

"Lu mau lari ? Lu mau ninggalin kakak gue gitu aja ? Hah ?" Cecar Nino sembari terus mencekik dan lututnya menahan paha Tarra agar ia tak bisa bergerak

"Lepasin anjing !" Seru Tarra dan kini ia berusaha membalikkan keadaan dengan meninju rahang Nino

Nino pun terpental ke samping, sementara Tarra berusaha bangun dan kembali berlari. Nino dengan sigap langsung menarik ransel yang Tarra bawa.

"Jangan harap lu bisa lari dari gue !" Seru Nino

Ia pun kembali menjatuhkan Tarra dan kali ini ia memukul wajah Tarra berkali kali hingga darah segar keluar dari hidung dan mulutnya.

"Apa yang bisa diharepin dari gue ? Gue cuma pecundang no ! Gue ga layak untuk Tasya !" Teriak Tarra kemudian sembari sesekali terbatuk dengan menyemburkan darahnya ke wajah Nino

"Kalo lu ga ngerasa layak, kenapa lu nikahin kakak gue ! Setelah itu, lu dengan seenaknya mau ninggalin kakak gue gitu aja ? Bangsat lu anjing !" Teriak Nino yang kemudian memecahkan keheningan di pagi buta itu

Untuk pertama kalinya Tarra dan Nino berkelahi bahkan hingga keduanya berguling di aspal. Baju keduanya kotor dengan darah dan juga debu yang berceceran di aspal.

Tarra tak lagi ragu menghajar Nino dalam kalutnya, begitu juga Nino. Ia tak segan membunuh Tarra andai Tarra tetap bersikeras untuk meninggalkan kakaknya yang sudah pasti hal itu akan menyakiti kakaknya.

Nafas keduanya tersengal sengal dan wajah keduanya pun babak belur. Sementara warga sekitar villa yang baru saja menunaikan ibadah pagi dibuat terkejut melihat kedua perempuan yang tergeletak di aspal sembari berusaha mengatur nafasnya sedangkan tubuhnya banyak luka sekaligus darah segar yang mengalir begitu saja.

"Kalian kenapa nak ?" Tanya seorang ibu paruh baya sembari membungkukkan tubuhnya di hadapan Nino dan Tarra yang tengah terbaring lemas

"Gapapa Bu, kami berdua gapapa.. terima kasih atas perhatiannya" ujar Nino sembari mengatur nafasnya yang tersengal sengal

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang