Chapter 44

705 58 7
                                    

Pagi harinya, Tere terbangun dengan mata sembab karena ia habis menangis semalaman. Bahkan ia tak melihat Nino berada disisinya seperti biasa, Nino lebih memilih untuk mengistirahatkan dirinya di sofa.

Tere pun beranjak dari tempat tidurnya dan melihat Nino masih terbaring telentang di sofa. Ia pun perlahan mendekatinya, menatap wajahnya dengan sendu lalu mencium keningnya. Bau rokok sudah pasti menguar dari nafas Nino. Entah berapa banyak batang rokok yang dihisapnya dalam semalam.

"Ayang, bangun" ujar Tere pelan sembari mengusap pipi Nino

Nino yang merasa terusik dengan pelan membuka matanya. Ia tersenyum melihat Tere yang berada dihadapannya. Lalu ia pun bangun dari tempatnya tidur sekarang.

"Aku ketiduran di sofa, kamu hari ini ke kampus ?" Tanya Nino kemudian sembari ia mengusap wajahnya

Tere hanya menggeleng, lalu menunduk menahan tangisnya.

"Kenapa ? Kamu sakit ?" Tanya Nino kemudian

Tere menggelengkan kepalanya lagi, lalu ia menatap wajah Nino. Tangisnya udah hampir pecah, airmata sudah menggenang dimatanya.

"Sini duduk disamping aku, kamu kenapa ayang ?" Tanya Nino dengan pelan

Tere pun berpindah tempat menjadi disamping Nino sekarang, lalu ia buru buru memeluk tubuh kekasihnya. Nino hanya diam menerima pelukan itu, ia bingung. Bagaimana ia harus bersikap sekarang ?

"Kamu ada mau order apa buat sarapan ? Atau mau aku masakin nasi goreng ?" Tanya Nino lagi

"Aku mau dipeluk kayak gini sama kamu, bolehkan ?" Tanya Tere

Airmatanya perlahan menetes membasahi piyama yang masih Nino kenakan.

"Ayang, jangan nangis.. kamu boleh kok peluk aku sepuasnya" jawab Nino sembari mengusap rambut Tere pelan

Tere semakin menenggelamkan wajahnya di dada Nino dan menangis sesenggukan.

"Maaf ya, aku cuma belum siap.. harusnya aku ga maksain diri buat nyentuh kamu, ternyata akunya sendiri yang belum siap" ujar Nino berbohong

Tere mendongakkan wajahnya sehingga ia bisa berhadapan dengan bibir tipis milik kekasihnya, lalu menyentuhnya.

"Udah ya, kamu ga perlu sedih lagi.. aku yang salah, maaf ya sayang" ujar Nino sembari mengusap pucuk kepala Tere dengan pelan lalu mengecupnya

Nino mengalah pada kenyataan pahit yang menyakitkan untuknya. Bagaimana tidak ? Ia harus mendengar masa lalu dari kekasihnya saat dirinya dan sang kekasih sedang bercinta. Bahkan belum sampai puncak kenikmatannya.

Kali ini ia harus benar benar memendamnya sendiri dan bersikap sewajarnya. Dia tak mau kehilangan Tere karena egonya yang terlalu tinggi dengan memaksa Tere untuk melupakan Cornell.

Sementara itu di kediaman keluarga Thomas Aryandanu Soedibjo

"Selamat pagi om, Tante" sapa Cornell kemudian

"Selamat pagi, eh nak Cornell.. Terenya ga ada tuh, dia ga pulang ke rumah kalo bukan weekend" jawab Thomas dengan ramah menyambut Cornell yang dipikirnya hanya rekan kerja dari putri semata wayangnya, Theresia Soedibjo

"Loh, bahkan dia ga masuk hari ini.. saya pikir dia sakit om, Tante.. makanya saya kesini, barangkali dia sakit lagi" ujar Cornell kemudian

"Ga masuk ? Sejak kapan dia ga masuk kerja ?" Tanya Thomas sembari mengerenyitkan dahinya

"Baru hari ini sih, saya pikir dia sakit makanya saya datang kesini mau jenguk.. ini sama Nadine niatnya mau jenguk Tere" ujar Cornell sembari menyikut Nadine yang sedaritadi hanya diam saja

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang