Chapter 34

641 65 9
                                    

Selama 3 hari, nomor ponsel Nino tak aktif. Ia tak pulang juga baik ke rumah maupun apartemennya. Tak ada yang tahu keberadaannya sekarang. Membuat selain Tere, Tasya dan Tarra pun mengkhawatirkan keadaannya. Terlebih Tere, ia sangat khawatir pada Nino. Karena terakhir kali bertemu dengan kekasihnya itu, ialah saat ia berboncengan dengan Cornell didepan mata Nino.

"Ter, ada kabar dari Nino ?" Tanya Tasya melalui sambungan video call dengan Tere, kekasih adiknya itu

"Ga ada kak, udah 3 hari ini dia ngilang gitu aja.. nomornya juga ga aktif" ujar Tere kemudian

"Ga biasa biasanya dia ngilang kayak gini" gumam Tasya

Tere pun diam, Tasya benar. Ada hal yang tak biasa terjadi pada Nino. Pasalnya Nino memang tak pernah menghilang begitu saja sekalipun ia sedang berseteru dengannya.

"Ter, kalian lagi ga ada masalah apa apa kan ?" Tanya Tasya lagi

"Ada sih kak, masalah kecil.. tapi biasanya Nino ga sampe kayak gini" ujar Tere

"Ya udah nanti kalo ada kabar dari Nino, kamu kabari aku ya ?" Pinta Tasya kemudian

"Iya kak, kalo dia ngabarin aku bakalan langsung aku kasih tau kakak" jawab Tere

Klik

Sambungan video call itu langsung diputus sepihak oleh Tasya. Ia pun menoleh pada Tarra yang sedang duduk disampingnya, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Ya udah, kita tunggu aja ya.. siapa tau nanti Nino ngabarin kita" ujar Tarra menenangkan Tasya sembari merangkul bahu Tasya

"Aku takut dia kenapa kenapa tar" ujar Tasya kemudian

"Iya sayang, aku ngerti kamu khawatir.. tapi kamu juga jangan sampe stress nanti kamu sakit" ujar Tarra sembari mengusap rambut Tasya dengan pelan

Tasya pun menyenderkan keningnya di lengan Tarra, Tarra pun langsung mencium pucuk kepala Tasya untuk menenangkannya.

*

Dari kejauhan, Nino memandangi kekasihnya yang nampak bahagia. Statusnya memang masih menjadi kekasihnya tapi melihat ia tertawa bahagia bersama Cornell, seharusnya ia sadar diri bahwa sekuat apapun ia memperjuangkan Tere maka ia tetap akan kembali pada Cornell yang Tere sebut sebagai masa lalunya.

Kisah mereka belum usai, bahkan mungkin baru saja dimulai. Nino hanya tersenyum simpul melihat Tere yang begitu bahagia berada disisi Cornell. Ia pun segera membalikkan tubuhnya dan hendak pergi sejauh mungkin agar Tere tak dapat menemukannya.

Namun, baru beberapa langkah Nino berjalan. Tere melihatnya dari kejauhan, ia pun bergegas meninggalkan Cornell dan berlari mengejar Nino. Setelah jaraknya dan Nino tak begitu jauh. Tere pun berteriak memanggil kekasihnya itu hingga Nino pun menghentikan langkahnya.

"Nino !" Panggil Tere, ia pun mengatur nafasnya yang tersengal sengal setelah berlari mengejar sosok yang ia yakini sebagai kekasihnya dan ternyata dugaannya tak meleset

Nino pun menghentikan langkahnya, ia diam mematung tanpa menoleh ke arah Tere yang berada di belakangnya. Ia memejamkan matanya sesaat lalu menghela nafasnya. Sial baginya harus kepergok oleh Tere padahal ia benar benar ingin menghilang begitu saja dari kehidupan seorang Theresia Soedibjo, kekasih yang sangat dicintainya.

Tere pun berjalan cepat dengan emosinya menghampiri Nino lalu berdiri tepat dihadapan Nino. Matanya menatap tajam sang kekasih yang sudah beberapa hari ini menghilang tanpa kabar.

"Hai" sapa Nino pelan

Plaaaak

Tere pun menampar wajah sang kekasih. Ia menumpahkan kekesalannya disana. Nino hanya diam tak bergeming, baginya tamparan Tere tak sebanding dengan rasa sakit dihatinya yang Tere berikan padanya.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang