Keesokan paginya, alarm di ponsel Tere berdering menandakan sudah waktunya ia untuk bangun dari mimpinya.
Tere menggeliat malas sembari menoleh kearah tempat Nino tidur semalam. Namun kini dia sudah tak ada disampingnya. Tere bingung kemana Nino pergi karena ini masih jam 05.00 pagi. Lagi pula diluar sedang hujan, ia pun gelisah.
Saat ia beranjak dari tempat tidurnya, tiba tiba saja pintu kamar kostnya terbuka dan muncullah Nino dari balik pintu dengan pakaian yang basah kuyup serta sweater milik Tere yang digunakannya pun juga ikut basah.
"A-yang, aku bawain bubur buat sarap-an" ucap Nino terbata bata karena tubuhnya gemetar kedinginan
"Ya ampun, kamu tuh ngapain pagi pagi buta hujan hujanan buat beli bubur ?" Omel Tere sembari memelototi Nino yang gemetaran dan masih saja berdiri di balik pintu
"Ef-fort" jawabnya terbata bata
Tere pun menggelengkan kepalanya, ia kesal tapi juga gemas melihat Nino yang menggunakan sweaternya. Ia terlihat lucu karena perbedaan size, sweater Tere yang kebesaran ditubuhnya justru malah kekecilan di tubuh Nino. Panjangnya hanya sampai sebatas pusar. Tentu saja ia berusaha mati matian untuk menahan tawanya melihat kelakuan ajaib kekasihnya itu. Lagipula, Nino sedang gemetar kedinginan akibat ulah yang disebutnya effort itu.
"Ya udah masuk, udah tau kedinginan malah diem aja disitu" omel Tere lagi sembari mengambil bungkusan yang masih Nino genggam
Nino pun berjalan jinjit menuju kamar mandi. Hal yang pertama ia lakukan adalah mandi air hangat supaya ia tak lagi merasakan kedinginan.
"Ayang, pinjami aku baju dan handuk" teriak Nino kemudian dari dalam kamar mandi
"Kamu mandi aja dulu, nanti aku siapin.. kalo udah selesai, teriak aja.. kalo kamu bawa sekarang ke dalam nanti basah baju dan handuknya" ujar Tere
Nino pun mulai membasahi tubuhnya dengan air hangat yang terpancar dari shower. Sedangkan Tere, ia sedang pusing dan mengacak acak lemari pakaiannya untuk mencari pakaian yang pas untuk Nino kenakan.
Setelah mendapatkannya, ia pun menunggu Nino selesai mandi terlebih dahulu baru ia akan memberikan pakaiannya untuk Nino kenakan.
"Ayang, aku udah selesai" teriak Nino beberapa saat setelah Tere bosan menunggu Nino yang sudah lama berada di dalam kamar mandi
"Ya udah, buka pintunya" jawab Tere
Nino pun membuka pintunya dan langsung menyodorkan tangannya supaya Tere memberikan handuk dan baju yang ia butuhkan. Setelah itu, Tere pun menyiapkan sendok untuknya dan Nino sarapan bersama. Karena jika hujan sudah reda, sudah pasti mereka akan kembali bekerja seperti biasanya.
Tak lama kemudian, Nino keluar dari kamar mandi dengan sedikit sempoyongan. Namun, Tere tak melihatnya.
"Ayang, ayo sarapan" ajak Tere kemudian
Nino pun hanya menurut saja perintah sang Baginda ratu. Ia pun segera berjalan menuju meja makan yang berada di sudut kamar.
Baru saja memakan sebanyak 4 suap, Nino merasa mual . Ia berusaha mati matian menahan rasa mualnya karena tak mau Tere terganggu saat sedang menikmati sarapannya.
"Kok ga dimakan ?" Tanya Tere kemudian yang baru menyadari bahwa Nino hanya memutar mutar sendoknya diatas bubur ayam miliknya
"Aku udah kenyang, aku tadi sempat makan di tempat.. tapi aku pengen sarapan sama kamu, jadi aku beli lagi" jawab Nino yang sebenarnya ia berbohong
"Lain kali, jangan gitu ya.. kita bisa makan berdua kalo kamu mau sarapan bareng aku tapi kamu udah makan ditempat karena lapar.. biar ga sia sia makanannya" ucap Tere menasihati Nino seperti seorang ibu yang sedang menasihati anak laki lakinya yang sangat badung sekali
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya