Matahari sudah mulai terik dan samar samar cahayanya masuk ke dalam kamar Nino. Namun Nino dan Nay masih enggan terbangun dari tidurnya hanya sesekali menggeliat dan saling memeluk.
Sampai akhirnya, perut Nay mendadak bergejolak seolah ingin mengeluarkan semua isinya dan ia pun langsung terbangun dan berlari masuk ke kamar mandi tanpa melihat lagi bahwa tubuhnya sangat polos tanpa sehelai benang pun.
"Howeeeekkk"
"Howeeeekkk"
Suara gaduh yang Nay timbulkan pun membuat Nino terusik dari tidurnya. Ia segera membuka mata dan bangun dari tidurnya. Saat ia menyibakkan selimut, tentu ia terkejut karena tubuhnya polos tanpa benang sehelai pun. Ia pun langsung menutup kembali tubuh polosnya dengan selimut dan kembali merebahkan diri lalu berpura pura memejamkan mata.
Setelah selesai dan merasa lemas, Nay kembali ke dalam kamar dan kembali masuk ke dalam selimut.
"Nay.." panggil Nino pelan
"Hmm"
"Did we do it last night ?" Tanya Nino kemudian
"Kenapa ? Nyesel ?" Tanya Nay balik sembari membuka matanya dan langsung menengok ke arah Nino yang berbaring disebelahnya
"Kaget, aku kaget aja bangun bangun ternyata aku ga pake apa apa gini.. seliar itu ya semalem ?" Tanya Nino lagi
"Menurut kamu ? Perasaan yang mabok parah aku deh, tapi kenapa kamu yang bisa lupa sama apa yang terjadi semalem ?" Tanya Nay sembari memiringkan tubuhnya, kini keduanya saling berhadapan
"Kamu kan tau, aku emang gampang lupa" ucap Nino mengingatkan kalo kalo Nay lupa dengan penyakit Nino yang gampang lupa
"Tapi rasanya ga lupa kan ?" Goda Nay sembari tersenyum jahil
Nino pun langsung mencubit lengan Nay sampai Nay mengaduh. Tapi sesudahnya mereka tertawa.
"Aku seneng deh liat kamu ketawa lagi" ujar Nay dengan tatapan yang tulus menatap Nino "Dan aku seneng banget bisa jadi penyebab kamu bisa ketawa lepas begini" lanjutnya sembari terus terusan menatap Nino yang tak bisa menghentikan tawanya
"No, kalo habis ini kamu mau pergi.. aku gapapa kok" ujar Nay dengan pelan dan sekilas ada kesenduan dimatanya
"Kenapa ngomongnya gitu ?" Tanya Nino kemudian
"Aku tau ga mudah jadi kamu saat ini.. so, aku ga akan ngelarang kamu untuk pergi" jawab Nay sembari tersenyum menatap Nino
Nino pun tersenyum menatap Nay, ia pun langsung mengusap pipi Nay dengan lembut membuat setetes airmata jatuh dan membasahi bantal yang menopang kepala Nay.
"Terima kasih ya sudah mencintai aku sampai di titik ini, maaf aku ga pernah bisa bales perasaan kamu.. tapi kita masih bisa ketemu kan ? Masih bisa jadi teman kan ?" Tanya Nino memastikan
Nay mengangguk tanda setuju sementara Nino hanya tersenyum.
"Bener kata orang, melepaskan orang yang kita cintai adalah level tertinggi dalam mencintai" ujar Nay sembari terus terusan menatap Nino
"Bahasa kamu kayak quotes quotes galau di Instagram aja" seloroh Nino yang sontak membuat keduanya kembali tertawa
"Kamu mandi gih, nanti aku buatin sarapan" titah Nino sembari membetulkan letak selimutnya
"Kamu aja duluan, aku masih lemes" jawab Nay yang langsung membetulkan posisi rebahannya
"Ya sama aku juga lemes, tapi kan kamu udah jackpot.. bisa dong bangun ? Aku mau mandi duluan ga enak kali aku telanjang gini lari lari ke kamar mandi" ucap Nino sembari memasang wajah kesalnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya