Tepat pukul 18.30 WIB, Tarra sudah sampai di kediaman keluarga Tjahjono untuk menjemput Tasya dan Nino. Ia pun lebih memilih untuk menunggu kakak beradik itu di ruang tamu dibanding dengan masuk ke kamar salah satu dari mereka. Jawabannya simple, ia hanya ingin menghargai privasi kekasih dan sahabatnya itu.
Sekitar 20 menit kemudian, Nino turun terlebih dahulu dan langsung menghampiri Tarra yang sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi yang ia pesan pada seorang pelayan rumah tangga di rumah tersebut.
"Udah lama lu wak?" Tanya Nino basa basi
"Mayanlah, Tasya jadi ikut ?" Tanya Tarra setengah berharap
Belum sempat Nino menjawabnya, Tasya sudah muncul terlebih dahulu dengan dress warna biru muda yang senada dengan kemeja warna biru muda yang Tarra kenakan. Padahal mereka tidak janjian. Tarra pun menatap kagum pada kekasihnya lalu mengedarkan pandangan ke sudut lain agar tatapan mereka tak saling bertemu. Tarra salah tingkah melihat kekasihnya perlahan mulai menuruni anak tangga.
"Udah yuk" ajak Tasya sesaat setelah sampai di hadapan adik dan kekasihnya itu
Tarra hanya mengangguk, kemudian Nino merangkul pundak Tarra untuk menenangkannya. Ia tahu bahwa sahabatnya tidak pernah tidak gugup jika berada dekat kakaknya padahal mereka sudah 3 tahun berpacaran.
Mereka pun langsung menuju garasi dan memilih Mercedez Maybach milik Tasya untuk diajak ke beer hall malam ini.
*
Sesampainya di beer hall, Tasya langsung mengambil alih untuk memesankan beberapa makanan dan minuman untuk mereka bertiga, Tarra bertugas untuk memesan beer, sedangkan Nino bertugas untuk membayarnya. Lalu mereka duduk di sofa yang tersedia yang tempatnya tak terlalu jauh dari area live musik.
Nino mulai menikmati suasana sekitar dimana tak begitu banyak orang berlalu lalang. Sedangkan Tarra dan Tasya sedang asyik saling pandang sambil saling menggenggam. Ck, seperti orang yang baru jatuh cinta saja.
Tak lama kemudian, Nino memicingkan mata melihat ke arah salah satu sofa. Ia mengenali seseorang yang duduk disana bersama seorang wanita lainnya sedang bercengkrama sambil sesekali meminum The Singelton 12 Yo miliknya.
"Kak bentar ya, gue kesana dulu" izin Nino kemudian
Ia pun melangkahkan kakinya dengan pasti menghampiri sang wanita yang mencuri perhatiannya sejak tadi.
"Sorry, boleh gabung disini ?" Tanyanya dengan sopan
Kedua wanita itu langsung mendongak menatap seseorang yang permisi dengan sangat sopan di hadapannya.
Wanita yang akrab dipanggil Tere itu langsung memicingkan mata berusaha mengingat seseorang yang berada di hadapannya ini. Tanpa basa basi, Nino pun kembali mengulurkan tangannya.
"Nino" ujarnya sambil tersenyum
Tere pun menyambut uluran tangan yang hangat itu. Lalu tersenyum, ia masih berusaha mengingat ingat dimana ia pernah bertemu dengan Nino sebelumnya.
"Bu Tere apa kabar ?" Tanya Nino lagi
Tere akhirnya mengingat karena sapaan "Bu" hanya akan ia dapatkan di area kampus tempatnya mengajar dan ia baru ingat bahwa Nino adalah sepupu dari Nay, anak didiknya di kampus.
"Eh baik kok baik , kamu sepupunya Nay kan ya ? Kalo diluar panggil aja Tere jangan pake Bu segala.. aku ga setua itu kok" ujar Tere dengan ramah
Nino hanya tersenyum kecil saat Tere mengucap nama Nay, ia tak mau merespon lebih banyak saat Tere menyebutkan nama Nay. Jadi ia lebih memilih untuk diam dan tersenyum saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Sunshine?
FanfictionNino adalah seorang putri konglomerat yang akhirnya jatuh cinta kepada Tere, sang dosen yang mengajar di kampus Nay kekasihnya