Chapter 28

668 62 4
                                    

"Terima kasih ya kak, udah jauh jauh nganterin aku" ujar Tere sembari tersenyum canggung pada Tasya yang akhirnya mengantarkannya pulang

"Iya, ya udah sana masuk.. sorry ya atas perbuatan Tarra tadi" ucap Tasya dengan tulus

Tere pun melangkahkan kakinya agak sedikit mendekat dengan mobil Tasya. Ia pun mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Tasya lebih dekat.

"Aku masih boleh sama Nino kan kak ?" Tanya Tere kemudian

Tasya hanya tersenyum, ia bingung harus menjawab apa. Disatu sisi, ia tak mau adiknya terus terusan sakit hati tapi disisi lain ia melihat bahagianya sang adik ada pada Tere.

"Kak ?" Sapa Tere lagi membuyarkan lamunan Tasya

"Kamu jelasin aja sama Nino ya, supaya dia juga ga salah paham sama apa yang dia liat" ujar Tasya menasihati sambil memberikan sebuah kartu berwarna orange kepada Tere yang bertuliskan sebuah alamat apartemen yang tak jauh dari kampusnya

"Apa ini kak ?" Tanya Tere dengan kebingungannya

"Lantai 2 sesuai di alamat yang tertulis disitu" ucap Tasya singkat

"Nino sekarang tinggal di apartemen ?" Tanya Tere yang masih saja bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya sekarang ini

"Iya, dia udah cabut dari rumah.. dia udah ga kerja di perusahaan ayah.. I don't know what she will do next, i hope you can calm her down" ujar Tasya kemudian

"Kalo besok dia ga ngabarin kamu, biarin dulu dia dengan lukanya.. jangan paksa dia untuk memahami kamu, kamu juga harus bisa memahami dia" lanjut Tasya

Tere pun mengangguk pelan, ia kesal dengan keadaan yang memaksanya harus selalu bertemu dengan Cornell. Seandainya saja waktu bisa ia ulang kembali, ia berharap tidak pernah jatuh cinta pada seorang Cornellia Theodore yang sekarang membuat hubungannya dengan Nino menjadi sulit.

*

"Tarr, tolong beliin rokok dong" pinta Nino sembari menyesap wine-nya

"Ojek aja sih no, males gue turun kebawahnya" ujar Tarra yang sebenarnya hanya alasan saja, ia tak mau meninggalkan sahabatnya seorang diri

"Gue ga megang cash, udah gue transfer duitnya" lanjutnya sambil mengotak atik ponsel lalu menyimpannya di atas meja begitu saja

Jika sudah begitu, mau tak mau Tarra harus turun membelikannya beberapa bungkus rokok. Tidak langsung semua dibakar, tapi biasanya Nino akan menyimpannya untuk stock selama beberapa hari kedepan.

Seperginya Tarra, Nino mengambil kembali ponselnya. Ia pun membuka galeri foto dan melihat foto foto kebersamaannya dengan Tere. Ia tersenyum, lalu memencet tombol back supaya kembali ke menu awal dan menutup galerinya.

Ia melihat beberapa chat masuk dari Tere yang belum sempat dibacanya. Lalu ia pun kembali melockscreen ponselnya tanpa membalas pesan itu terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, Tarra kembali dengan membawa 3 slop rokok dan beberapa botol beer di kantong plastik belanjaannya.

"Ini pesanannya, Bu boss" ujar Tarra sembari menaruh plastik belanjaan milik Nino di sofa

Nino pun beranjak dari tempat duduknya untuk membuka 1 slop rokok dan mengambil sebungkus untuk ia hisap dan langsung pergi ke balkon meninggalkan Tarra begitu saja.

Ia memandangi indahnya kota Jakarta dengan gemerlap lampu di setiap sudut jalan dari balkon apartemennya sembari menghisap rokoknya. Tak lama ponsel Tarra terdengar berdering, Tarra pun mendekatinya.

"Bu boss" panggilnya pelan

Nino pun menoleh, sembari mengusap airmatanya. Ia tak ingin sahabatnya melihat bahwa ia sedang bersedih.

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang