Chapter 85

998 66 21
                                    

Tepat pukul 06.00 wib, Jihane terbangun karena suara telfon yang terus terusan mengganggunya. Ia pun segera mengambil ponselnya di meja nakas dan menatap layarnya.

"Aghni ?" Gumam Jihane pelan sembari mengerenyitkan dahinya

Ia pun langsung mengangkat panggilan telfon dari Aghni meskipun keduanya sudah tak memiliki hubungan apapun.

"Hmm, kenapa ni ?" Sapa Jihane kemudian, raut wajahnya terlihat malas saat mengangkat telfon dari Aghni sekarang ini

"Keluar sekarang, atau aku ramein ini tempat ?" ancam Aghni tiba tiba

"Kamu kenapa sih ? Pagi pagi telfon cuma buat marah marah gini ? Keluar kemana ?" Tanya Jihane kemudian

"Kamu di rumah Nino kan ? Jadi kamu mutusin aku karena dia ? Kamu diem diem jalan sama dia di belakang aku ? Sekarang kamu mau keluar atau aku tabrak gerbang rumah ini, biar rame sekalian" jawab Aghni sembari menginjak pedal gas tanpa melepaskan rem tangannya

Jihane langsung buru buru melihat ke jendela dan mendapati Aghni yang tengah berada di dalam mobilnya sembari memegang ponsel yang ditempelkan ke telinganya. Wajahnya pucat namun terlihat amarah menggebu dari dalam dirinya.

"Ni, kita kan udah ga ada apa apa.. kamu kenapa sih tiba tiba kayak gini ? Aku nginep di rumah Nino juga karena ada Ci Ondet" terang Jihane sembari berdiri di tengah pintu dan memijat pelipisnya dengan pelan

"Ci Ondet, Ci Ondet.. udah ga usah banyak alasan.. kamu mau keluar atau mau aku tabrak ini gerbang rumah biar rame sekalian ? Biar aja orang orang nganggep aku gila, biar semua orang tau kalo kamu pacar aku.. Jihane Almira lesbi sama Aghniny Haque" ancam Aghni lagi

"Ya udah tunggu sebentar" jawab Jihane dengan ketus

Jihane langsung mematikan sambungan telfonnya dan langsung mengganti pakaiannya secepat kilat. Ia langsung menyambar tas kecilnya lalu sedikit berlarian keluar rumah untuk menemui Aghni yang tengah kalap.

Jihane sedikit berlarian kecil menuju gerbang dan membukanya dengan sekuat tenaga. Ia langsung masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Aghni. Jihane pun langsung memberi kabar pada Ci Ondet karena ia takut jika Ci Ondet akan mengkhawatirkannya secara berlebihan, lalu ia pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya.

Aghni terlihat sangat emosi saat ini, ia mencengkram setir dengan kuat kuat sembari mengetatkan rahangnya sementara Jihane hanya diam saja.

"Kamu tuh maunya apa sih nin ?" Tanya Jihane kemudian sembari menoleh ke arah Aghni yang tengah mencengkram setir

"Sejak kapan kamu sama dia ?" Tanya Aghni balik, lebih tepatnya ia menuduh Jihane ada main dengan Nino di belakangnya

"Sama dia siapa ? Nino maksud kamu ? Aku ga ada hubungan apa apa sama dia, dan kalo pun ada.. kita kan udah bukan apa apa lagi.. sah sah aja kan ?" Tanya Jihane tak mau kalah

"Ga puas kamu bikin aku hancur, Jihane ?" Tanya Aghni, rahangnya semakin mengetat hingga urat urat dilehernya menonjol

"Aku bikin kamu hancur dari segi apa ? Kamu narkoba ? Ya salah kamu sendiri, kenapa jadi nyalahin aku ?" Tanya Jihane balik, ia benar benar tak suka menjadi terdakwa saat ini dihadapan Aghni yang terlihat sangat kacau

"Semuanya dan setelah aku hancur, kamu mau ninggalin gitu aja ? Iya ? Sama si Nino brengsek itu ? Jawab Jihane !" Bentak Aghni kemudian, ia sudah kehilangan kesabaran dan kewarasannya sekarang menghadapi Jihane yang tak mau kalah darinya

"Hancur dari segi apanya sih ? Karir kamu aman, bahkan beberapa tawaran film buat aku ya aku kasih ke kamu karena aku ngerasa perannya lebih cocok untuk kamu.. kamu narkoba sama Pevita, Taskya and whoever lah ya itu pilihan kamu.. aku ninggalin kamu ? Mana pernah ? Kamu sendiri yang menyepakati kalo kamu sampe nyentuh narkoba lagi, kita selesai.. dan ternyata masih kamu lakuin.. terus apa yang bikin kamu hancur karena aku nin ?" Tanya Jihane semakin meninggikan nada bicaranya

Are You My Sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang