Tujuh Puluh Lima

868 102 76
                                    

Suara nyaring dering telepon, menjadi awal dimulainya aktivitas di pagi cerah hari ini. Freya dengan seragam lengkap yang sudah terpasang di tubuhnya, kini sedang mempersiapkan barang-barang apa saja yang akan di bawa olehnya ke sekolah pagi ini. Dan, siapa yang menelpon pagi-pagi seperti ini? Apakah itu Christy dan Fiony? Ataukah sosok Gita? Atau sosok yang lain? Freya yang penasaran siapa yang menelpon dirinya pagi-pagi seperti ini pun langsung mengambil ponsel miliknya, dan akhirnya Freya tahu siapa seseorang tersebut. Seseorang tersebut ialah, "Adel?"

"Hallo kenapa?" Tanya Freya.

"Kamu berangkat bareng siapa Fre?"

"Aku naik bus." Jawab Freya lalu berjalan keluar kamarnya.

"Loh? Ga ada yang nganter kamu?"

"Ga ada. Papah sama mamah pergi dari kemarin. Kathrina berangkat bareng sama Marsha, Zee, Cigre. Kak Gita mau nganterin adiknya dulu. Christy sama Fiony aku kabarin ga balas. Kamu jemput Ashel aja kalau engga." Jelas Freya.

"Ashel ada supirnya. Kamu sama aku aja, ga ada penolakan." Ucap Adel langsung menutup telepon.

Sudah satu minggu berlalu, semenjak mereka terakhir kali merayakan hari berdirinya sekolah mereka, dan hari ini. Adalah hari dimana para murid-murid akan merasakan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan berlebih. Terlebih bagi mereka, murid-murid yang selalu saja meninggalkan kegiatan belajar-mengajar.

Baru saja Freya mengunci pintu rumahnya, untuk kedua kalinya ponselnya berdering dan kali ini yang menelpon adalah, "Christy." Gumam Freya, lalu menggeser sebuah tombol di atas tombol volume membuat ponsel Freya kini menjadi senyap.

Freya sebenarnya ingin mengangkat telepon dari Christy, tapi Freya tahu alasan dari Christy menelepon pastilah ingin mengajaknya untuk berangkat bersama. Dan itu akan menjadi masalah yang besar dan rumit jika Christy dan Fiony tahu kalau Freya berangkat bersama Adel. Di luar dari hal itu, Freya juga sudah terlebih dahulu membuat janji sepihak dengan Adel. Mengapa janji sepihak? Karena hanya Adel yang membuat janji, dan langsung setuju tanpa menunggu jawaban dari Freya.

"Maaf ya Christy." Gumam Freya memasukkan ponselnya ke tas, dan berjalan menuju gerbang rumahnya, menunggu sosok Adel datang.

Sekitar 15 menit Freya menunggu kedatangan Adel, kini Adel sudah berada di depannya dengan membawa sebuah motor dengan, bentuk yang keren. Menurut Freya.

"Ini Fre." Adel memberikan helm di tangannya.

"Kamu bawa dua?" Tanya Freya mengambil helm pemberian Adel.

"Iya." Balas Adel, lalu setelah Freya memakai helm pemberian Adel, Adel langsung mendekatkan tangannya ke arah helm miliknya, "kedengaran ga suara aku?" Tanya Adel.

"Jelas banget." Balas Freya.

"Oke, mic nya udah hidup berarti." Ucap Adel, lalu Freya naik ke atas motor Adel.

"Mic apa?" Tanya Freya.

"Di helm itu ada mic. Jadi kita bisa ngobrol tanpa teriak-teriak." Ucap Adel.

Freya awalnya merasa heran, bagaimana bisa suara Adel sampai ke telinganya dengan begitu jernih? Ternyata, memang helm yang di gunakan oleh Freya dan Adel sudah di modifikasi sedemikian rupa, sehingga helm milik Adel kini tersambung dengan helm yang di pakai Freya, membuat mereka bisa berbincang-bincang manja.

"Jangan kaya Zee ya bawanya." Ucap Freya.

"Kamu pernah di bonceng Zee?" Tanya Adel.

"Pernah." Balas Freya.

"Tapi aku aga kebut ya Fre, masalahnya udah mau jam tujuh." Ucap Adel.

"Iya." Balas Freya membuat Adel menambah kecepatan motornya.

Ingin Bertemu (Tamat)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang