Ingin Bertemu (Tamat)✅

Seratus Tiga

...Pada saat mentari mulai merayap di ufuk timur, dunia pun terbuka dengan gemilangnya. Suara embun yang menari di atas daun, menggema dalam kesunyian pagi yang masih terlelap dalam mimpi. Angin pun berbisik lembut, membawa pesan-pesan kehidupan yang tersembunyi di balik kabut pagi yang misterius. Di antara pepohonan yang menjulang tinggi, burung-burung pun berkicau merdu, menari-nari di udara yang segar. Semuanya seolah-olah bersatu dalam keharmonisan alam, menciptakan sebuah simfoni yang tak terlukiskan dengan kata-kata biasa di hari yang begitu cerah ini.

Zee, Christy, Fiony, Ashel, dan Adel. Mereka saat ini tengah berkumpul disebuah taman tak jauh dari pusat kota. Waktu saat ini masih pada pukul 08:33 WIB, menandakan bahwa sekarang ini seharusnya mereka tengah berada dalam sebuah tempat yang diperuntukkan untuk menimba ilmu. Mereka memutuskan untuk tidak datang pergi ke sekolah karena pesan yang dikirimkan Zee kepada mereka semua.

"Jadi, apa yang mau lo omongin?" Tanya Fiony lalu duduk menyilangkan kaki dengan anggun disertai raut wajah yang sinis.

"Iya. Apa yang sebenarnya ingin kamu bicarakan dengan aku dan Fiony tentang Freya?" Tanya Christy kembali dengan formal karena Christy memang tidak menganggap bahwa Zee, Ashel, dan Adel teman mereka.

Rancangan pertemuan awal mereka seharusnya tidak seperti ini. Sketsa yang telah terbentuk sebelumnya ialah mereka akan berkumpul setelah pulang sekolah, bukan berkumpul dan meninggalkan sekolah seperti ini. Namun, apa boleh buat jika yang terjadi malah seperti ini?

Dengan helaan nafas kasar yang mengiringi deru padat hiruk-pikuk ibu kota, Zee akhirnya mulai angkat bicara tentang apa yang sebenarnya ingin di bicarakannya. Ialah sebuah hal yang begitu krusial, dan hal itu adalah, "Transplantasi Mata."

Zee mengungkapkan bahwa dirinya murni merasa bersalah, dan siap untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya kepada Freya. Zee berbicara. Zee menjelaskan kalau dirinya mempunyai satu niatan untuk mencari "tranplantasi mata" untuk Freya, tanpa memberi tahu bahwa dirinya juga sedang mencari tranplantasi jantung untuk Freya.

Zee sadar akan janjinya kepada Freya. Zee memang sosok yang begitu pemalas, namun bukan berarti Zee adalah orang yang mengingkari janjinya pada seseorang. Zee bukanlah seorang penghianat seperti mereka yang duduk diantara hingar bingar kekuasaan. Zee bukan penjilat yang mengorbankan sebuah "Janji" demi sesuatu yang lain.

"Ternyata, bukan cuman aku sama Fiony yang mikir kaya gitu..." Ungkap Christy.

7 hari. Terhitung sejak pertama kali Christy dan Fiony tahu sahabat mereka mengalami kebutaan, mereka ingin sekali mencari bola mata untuk menggantikan mata sahabat mereka yang buta. Banyak sekali rencana yang mereka telah siapkan untuk itu, namun semuanya gagal. Semuanya tidak terlaksana dengan baik, diiringi pula kejadian yang sangat kelam bagi Christy. Ialah kejadian saat dirinya melihat tubuh Freya tenggelam didalam danau dikarenakan ulah bodohnya.

"Jadi, ini kita mau gimana?" Tanya Ashel.

"Saran?" Tanya Zee lalu mereka termenung dihempaskan oleh semilir lembut angin.

Mereka semua berpikir keras. Otak mereka mulai bekerja dengan sebenar-benarnya. Mereka mencoba membuka seluruh batasan dengan bagaimana cara mereka berpikir. Seluruh skenario terbaik telah mereka curahkan. Seluruh sketsa perancangan terbaik yang mereka miliki telah mereka kerahkan demi bisa mencapai rangkaian yang terbaik yang bisa menyembuhkan mata teman dan sahabat mereka.

"Dirumah sakit, kira-kira ada ga ya? Gimana kalau rumah sakit?" Usul Ashel.

"Kalau ada, ya ga tahu. Tapi yang pasti bakalan susah." Tanggap Fiony menggoyang-goyangkan kakinya dengan perlahan.

"Mau dapat dimana lagi kalau bukan rumah sakit? Di Shopee ada ga ya? Tokopedia?" Tanya Christy membuat semua terdiam kecuali Zee.

"Gw punya satu ide, tapi gw tahu Freya pasti bakal benci sama ini. Kalian juga pun pasti tahu kenapa Freya bakal benci ini." Jelas Zee yang benar-benar sudah mulai berubah menjadi lebih baik dalam hal bersosialisasi.