Sembilan Puluh Lima

1K 99 264
                                    

Suara ketukan pintu adalah sebuah alarm alami yang setiap hari terus datang berulang kali menganggu tidur seseorang gadis dengan rambut pendek sebahu itu. Akan tetapi, itu sebenarnya tidak berguna. Jujur saja memang itu tidak berguna, karena ketika gadis ini sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. Mau itu hujan badai, tornado, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, longsor, bahkan bumi terbelah pun dirinya tidak akan bangun, kecuali. Ada pengecualian nya. Satu hal yang sanggup untuk membangun dia adalah.

Tek!

"Zee, bangun!"

Iya, benar. Hal yang membuat sosok Zee terbangun adalah cahaya. Seolah terlahir bertolak belakang dengan cahaya, Zee sangat tidak suka, atau malah membenci sebuah cahaya jika dirinya tidur. Itu sebenarnya sudah cukup menggambarkan kegelapan dalam hatinya. Dirinya seolah memang tercipta dari kegelapan, karena memang Zee benar-benar benci dengan apa itu cahaya. Ketika dirinya tidur.

"Apasih Bu? Ini masih subuh!" Ucap Zee meregangkan tubuh dengan mata terpejam lalu melanjutkan tidurnya.

"Subuh? Jam sembilan pagi kamu bilang subuh!?" Tanya Elen lalu dengan kuat langsung menepak kaki Zee dengan kuat membuat Zee reflek terduduk karena tidak siap menerima rasa sakit.

"Bangun lagi. Kamu nanti yang temani ayah kontrol." Ucap Elen lalu dengan kasar membuka gorden jendela kamar Zee mempersilahkan sinar matahari masuk menusuk mata Zee.

"Cigre?" Tanya Zee karena Gracia lah yang biasanya mengantarkan ayah mereka untuk kontrol, mengingat baik Gracia, Zee, dan Marsha. Ketiganya tidak ada yang bisa di harapkan jika itu berurusan dengan masalah dapur, terlebih Marsha. Karena saat dahulu Marsha mencoba untuk membuat telur mata sapi, ternyata bukan hanya telurnya yang matang. Melainkan rumah mereka juga matang karena terbakar. Beruntung saja keluarga mereka mempunyai ekonomi yang sangat memadai, kalau tidak. Yasudah lah.

"Cigre mau ngerayain ulang tahun temannya si Feni itu. Ibu juga mau datang ke rumah saudara kamu. Kan kakak sepupu kamu bentar lagi lamaran, makanya ibu mau main kesana." Jelas Elen lalu berjalan menuju pintu kamar Zee.

"Siapa?" Tanya Zee datar.

"Kak Ara." Jawab Elen.

"Pikir lesbi." Balas Zee sedangkan Elen hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan sifat sang anak.

Mau tidak mau, suka tidak suka. Zee harus melangkahkan kakinya menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Zee adalah satu-satunya orang yang saat ini dapat di harapkan untuk menemani sosok sang ayah. Sebenarnya, Arslan bisa saja memerintahkan anak buahnya untuk menyupirinya—termasuk Adya—. Namun, ini adalah masalah yang cukup krusial atau malah fatal. Bahaya jika seseorang menyalah gunakan keadaan ini dan malah berbuat jahat kepada Arslan walaupun sebenarnya mereka tidak akan berani.

Dengan berat hati serta seluruh kemalasan yang masih setia mendekap, Zee langsung dengan kasar membuka pintu kamar mandi membuat dirinya kini berhadapan dengan cerminan dirinya sendiri. Zee tidak langsung masuk ke dalam kamar mandi. Zee hanya diam di depan cermin yang merefleksikan dirinya, lalu dengan hati yang kuat dan pilihan yang mantap. Zee langsung menutup kembali kamar mandi itu, lalu berjalan ke arah kasur untuk melompat naik ke atasnya guna kembali tertidur. Namun, sungguh sial.

"BUUUUU! KAK ZEE TIDUR LAGI!" Teriak Marsha karena dirinya di perintahkan Elen untuk melihat apakah Zee tidur lagi atau tidak.

"Berisik, SETAN!" Pekik Zee lalu melemparkan remote AC dengan sekuat tenaganya ke arah Marsha, membuat Marsha langsung kembali mengadu.

Namun, kali ini berbeda. Yang datang kali ini adalah asisten manajer direktur dua rumah, alias Gracia. Tapi, Gracia juga masih belum cukup untuk membuat Zee terangkat dari kasurnya. Di tambah Gracia yang masa bodo, akhirnya Marsha harus meminta pertolongan the last boss di rumah ini. Benar! Dia adalah ketua guild di rumah. Semua yang ada di rumah pasti akan tunduk kepada satu orang ini. Dan datanglah, "Zee bangun. Kamu yang hari ini nemenin ayah."

Ingin Bertemu (Tamat)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang