Tujuh Puluh Enam

1K 95 142
                                    

Ini adalah hari kedua untuk seluruh murid SMA 48 Jakarta melaksanakan ujian akhir semester. Dan di hari ini juga lah, terjadi sebuah penggabungan dari mata pelajaran yang luar biasa menyenangkan. Bahkan cerahnya mentari pagi, masih tidak sanggup untuk membuat semua murid di SMA 48 Jakarta bersemangat untuk mengerjakan ujian hari ini.

"Sebagaimana yang sudah di cantumkan di jadwal, kalau di hari ini kita akan melewati empat mata pelajaran. Biologi, Matematika, Kimia, dan Fisika." Jelas bu Yuvia.

Hanya dengan salah satu dari empat mata pelajaran yang akan di ujikan hari ini saja, sudah cukup untuk membuat otak setiap murid hampir meledak. Dan jika otak bisa berbicara tanpa harus melewati perantara, maka percaya lah. Otak kalian akan menjerit sekuat yang dia bisa.

"Masih sama seperti kemarin, kalian di perbolehkan untuk melakukan hal apapun untuk bisa menyelesaikan ujian ini. Dan hanya satu yang ibu minta, yaitu jangan membuat kegaduhan." Tambah Bu Yuvia mulai membagikan lembar ujian biologi.

Lagi, lagi, dan lagi. Untuk yang kesekian kalinya, Freya Menjadi harapan terbesar dari teman-temannya. Seandainya saja Freya tidak ada di sana, sudah bisa dipastikan kalau Christy, Fiony, Zee, Ashel, dan Adel pasti akan kewalahan dalam menjalani ujian kali ini.

Beruntungnya mereka yang mempunyai hubungan dekat dengan Freya. Karena, hei lihatlah murid-murid lainnya! Mereka hanya seperti sebuah formalitas belaka untuk menjadi syarat terbentuknya sebuah kelas. Jika di ibaratkan dalam sebuah novel, murid-murid itu bahkan tidak termasuk ke dalam tokoh tambahan. Mereka hanya berfungsi sebagai pelengkap saja! Begitu menyedihkannya mereka.

"Waktu kalian 90 menit, dan jika sudah selesai dengan mata pelajaran pertama, kalian boleh langsung mengerjakan mata pelajaran kedua." Ucap Bu Yuvia tersenyum lalu pergi meninggalkan kelas, menandakan ujian sudah di mulai.

Hanya ada satu kata yang bisa menggambarkan keadaan murid-murid di kelas XI IPA 1. Bukan hanya di kelas XI IPA 1. Tapi hampir di seluruh sekolah, hanya ada satu kata yang bisa mereka lontarkan, ialah "menyerah."

Jangankan untuk mengerjakan ujian tersebut. Bahkan hanya melihat satu soal saja, mereka sudah langsung menyerahkan diri mereka terhadap tuhan. Terserah apapun takdir yang akan tuhan berikan kepada mereka, mereka akan menerimanya dengan lapang dada.

"Fure, tolong." Lirih Fiony yang, "Fio kepalamu terbakar!" Tunjuk Christy melihat kepala Fiony yang mulai mengeluarkan asap.

"Paling lambat 40 menit." Ucap Freya, yang berarti Freya bisa saja menyelesaikan ujiannya dalam kurun waktu kurang dari 40 menit.

"Senang berbisnis dengan anda." Balas Fiony, lalu dirinya menyandarkan tubuhnya ke bangku.

10 menit waktu berlalu, namun belum ada tanda-tanda dari Freya yang akan mulai menebarkan sebuah mukjizat. 20 menit waktu berlalu, kini secercah harapan mulai muncul ketika Freya mulai menegakkan badannya, hanya untuk sekedar beristirahat dari posisi yang kurang nyaman. 34 menit berlalu, kini secercah harapan tersebut lambat laun mulai semakin terlihat jelas, ketika Freya mengeluarkan lima lembar. Lima lembar Kertas! dari tasnya untuk menyalin jawabannya sendiri untuk di bagikan kepada teman-temannya.

"Ini." Ucap Freya mulai menebarkan lembar tersebut ke Christy, Fiony, dan Adel.

Melihat Freya memberikan kertas berisi lembar jawabannya kepada Adel, membuat Christy dan Fiony ingin marah. Namun Christy dan Fiony mencoba untuk bersabar, dan menerima hal tersebut, mengingat Adel yang benar-benar berubah 180° dari sebelumnya. Sosok Adel yang dulu sangat gemar merundung sosok Freya dengan kontak fisik, kini berubah menjadi sosok yang sangat menjaga Freya. Bahkan semut sekalipun tidak akan di perbolehkan oleh Adel untuk menggigit Freya.

Walaupun begitu, Christy dan Fiony belum percaya kepada Zee dan Ashel. Karena Zee dan Ashel memang belum menunjukkan sikap, dan perilaku mereka yang siap untuk menerima Freya sebagai teman dekat mereka, terutama Zee.

Ingin Bertemu (Tamat)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang