62. The Bride

1.3K 181 57
                                    

Sinar cahaya menelusup melalui celah-celah kaca jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar cahaya menelusup melalui celah-celah kaca jendela. Dafa mengerjap untuk membiasakan retina matanya menangkap bayagan yang masuk. Rasanya aneh. Setiap dia membuka mata dan menyadari bahwa dia hanya memiliki satu ginjal rasanya benar-benar aneh. Seolah ada satu bagian yang hilang di tubuhmu.

Dafa meringis sebentar menyadari selama beberapa hari terakhir masih berada di sini. Di tempat yang sama dengan Darian—yang akan segera dipindahkan untuk pemulihan di London nanti. Sekali lagi Dafa mengerjapkan matanya. Menatap ruangan VIP yang dijaga ketat oleh sekumpulan pengawal di depan. Hingga tak akan ada satu orang pun yang mengetahui identitasnya.

Lalu suara ketukan pintu terdengar dari luar. Seorang perawat masuk dengan membawakan sarapan pagi. "Permisi, Tuan Muda harus menyantap santapan lebih dahulu."

Belum sempat Dafa menjawab sapaan si perwat, gedoran pintu lain terdengar. Membuat rasa pusing kembali menyandera kepalanya. "Tuan Muda, hari ini—"

Si perawat menyahut cepat. "Maaf, pasien masih butuh istirahat."

Seakan tak mau kalah, pengawal itu menjawab. "Tuan Muda harus menjalani pernikahan hari ini."

Dafa mengerjap. Menatap kalender yang berada di atas meja. Beberapa hari di sini membuatnya sedikit lupa ingatan. Dan saat dia benar-benar melihatnya, ternyata benar hari ini tanggal pernikahannya. Dia nyaris melupakannya karena terlalu lama menahan sakit bekas luka operasinya. Bahkan ketika Darwin datang menjemputnya, dia memilih menghindar dan menidurkan diri.

"Tuan Muda akan tetap datang, kan?" tanya pengawal itu lagi.

Liam datang menyusul. Di sebelah tangannya tampak tersampir satu setel baju berwarna putih sutra.

Liam menunduk penuh hormat. "Maaf, memang benar hari ini Tuan Muda harus meninggalkan rumah sakit. Banyak yang menunggunya untuk acara pernikahan. Benar, kan, Tuan?"

Dafa mengangguk.

"Atau Tuan Muda memang tidak punya cukup tenaga? Mungkin, saya akan katakan pada Tuan Darwin tentang kondisi Tuan sekarang. Jadi pernikahan dapat diundur."

Dafa menggeleng lemah. "Jangan, Liam. Saya—tidak apa-apa. Saya kuat untuk ke sana."

"Tuan Muda yakin akan tetap datang? Saya takut kondisi Tuan Muda memburuk saat upacara pernikahan nanti."

"Iim fine, Liam. Jam berapa ijab kabulnya?"

Liam melirik jam di pergelangan tangannya. "Jam 10, Tuan. Sekarang jam 8 kurang. Masih tersisa waktu."

Dafa bangkit pelan-pelan. Liam segera memapahnya. "Berikan pada saya bajunya."

Liam tersenyum tipis dan mengulurkan baju pernikahan di tangannya. "Milik Tuan Dan. Tapi pasti pas untuk Tuan Muda."

Dafa mengangguk-angguk. Setelah menyuruh perawat dan pengawal sebelumnya untuk keluar, dia segera beranjak meraih setelan baju pengantnnya. Di belakang, Liam menjaganya dengan hati-hati.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang