13.1 The Lies

1.1K 98 2
                                    

Mobil silver itu melaju memasuki pekarangan luas rumah Dawson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil silver itu melaju memasuki pekarangan luas rumah Dawson. Darian yang berada di dalamnya segera membanting pintu. Beberapa pengawal dengan pakaian serba hitam mendekat hendak memberi salam.

Darian menoleh sebentar. Kemudian kembali melanjutkan langkah tanpa mempedulikan tanda hormat dari mereka. Di atas sana langit sudah mulai mendung dan gelap. Sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Darian benci hujan. Dia tidak suka dengan suara petir yang menyambar-nyambar dan bunyi gemericik air yang menyakitkan telinga. Maka, ketika langit mulai tampak menakutkan, dia harus segera bergegas masuk.

Baru menyentuh ambang pintu, Della muncul menghadang langkahnya. Darian berusaha tak peduli. Tapi mamanya malah mencekal lengannya dan menyeretnya mundur. Membuat Darian meringis tak mengerti.

"Ada apa sih, Ma? Saya capek mau tidur."

Della melirik sebentar ke luar jendela. Di sana angin bertiup kencang dan mendung mulai merajalela. "Di mana Dafa?"

"Saya nggak tahu. Seharian ini saya nggak bersama dia."

"Bohong." Della bergumam lirih.

Darian melirik mamanya sebentar. "Mama selalu aja lebih mementingkan dia daripada saya."

Della mencengkram kuat pundak Darian dan menatap putranya lurus-lurus. "Jawab Mama, Dan. Dimana Dafa? Kenapa dia belum pulang?"

"Saya beneran nggak tahu."

"Kamu pasti bohong, Dan! Katakan pada Mama yang sebenarnya!"

Darian menepis tangan Della kasar. Matanya menajam penuh amarah. "Harus berapa kali sih saya bilang ke Mama? Saya nggak tahu apa-apa! Saya—"

Suara dering telpon dari ruang tengah membuyarkan pertengkaran mereka. Meski suara itu tertelan oleh derasnya hujan, Della masih bisa menangkap sinyal suara dari pesawat telpon itu. Dan tanpa mengalihkan perhatian dari Darian, wanita itu melangkah mundur berusaha menjangkau telpon.

"Ya, dengan kediaman Dawson—Apa?" Della nyaris menjatuhkan telpon yang dipegangnya ke lantai. "Di mana? Puncak Jawa Barat? Siapa namanya kalau boleh saya tahu? Dafian Wira—"

Dan detik selanjutnya tubuh Della nyaris rubuh.

Darian tersentak kaget. Refleks mendekati mamanya dan menahan tubuhnya. "Mama!"

Della menepis tangan Darian kasar. "Kamu! Dan, kamu—" tangis Della mengalir turun. "Katakan yang sebenarnya sekarang!"

Darian memaksakan seulas senyum. "Ya, Mama benar. Saya tadi emang pergi sama dia. Kita ke puncak sama-sama. Tapi setelah itu saya tinggalin dia di sana biar dia tahu ra—"

PLAAAK.

Satu tamparan melayang jatuh. Tangis Della mengencang saat itu juga. Sementara Darian mematung di tempatnya berdiri. Raut wajahnya berubah kelam. Ada sirat kekecewaan mendalam di sana. Tapi, lebih dari itu, Della-lah satu-satunya yang paling kecewa. Seumur hidupnya dia tidak pernah mengajari putranya untuk berbuat sekeji itu.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang