75. The Reality

1.1K 165 40
                                    

Sessa tidak tahu apa yang membawanya ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sessa tidak tahu apa yang membawanya ke sini. Ruangan di hadapannya begitu putih dan terang. Sangat menyilaukan mata. Belum lagi bau antiseptik yang menjalar di seluruh indra penciumannya. Membuatnya seketika mabuk dan mual di saat yang bersamaan.

Sessa mencoba bangkit. Lalu mengingat-ingat bagaimana terakhir kali dia berakhir di sini. Seingatnya dia sedang menjalani pemotretan sesi terakhir. Tapi, mengapa dia bisa di sini?

Perlahan Sessa melangkah turun. Berusaha menggapai ruangan di depan. Begitu berhasil, dilihatnya salah seorang wanita dengan jas putihnya. Sessa mengernyit. Tidak mengenalnya sama sekali.

"Dok, permisi."

"Oh... Anda sudah sadar?"

"Saya—kenapa bisa di sini? Siapa yang mengantar sa—"

"Nyonya Sessa, selamat. Anda positif hamil."

Sessa merasa tubuhnya nyaris ambruk. Lalu dunia di sekelilingnya berubah kelam. Tanpa sadar, air matanya membanjir keluar.

"Dok, itu nggak mungkin. Saya nggak—"

"Iya, hasil pemeriksaannya memang begitu. Usianya sudah hampir dua bulan. Sedikit terlambat menyadari."

Lalu tangis Sessa merebak diiringi suara teriakannya yang menyesakkan. "Itu nggak benar, Dokter! Itu nggak benar!"

Tak tahan, Sessa berlarian keluar. Kemudian melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Di luar sana hujan turun dengan deras. Langit begitu mendung. Gelap dan kelam.

Sessa terdiam menatap rintik-rintik hujan yang menjatuhi setiap tanaman di bawah. Pandangannya kosong. Hanya tertuju pada langit mendung yang terbentang luas di angkasa.

Hari ini semesta kembali membalasnya. Semua hal yang telah dia perbuat. Seolah dia tak bisa lagi terbebas. Mimpinya untuk bahagia. Selamanya hanya dusta semata. Dan pada akhirnya, Sessa harus kembali terjerat. Pada hal yang tak pernah diinginkannya. Dan selamanya pula, terlepas dari laki-laki bernama Darian, hanyalah sebuah asa.

Dulu, Sessa tidak pernah ingin terlepas. Sekarang rasanya, dia hanya ingin terbebas. Pergi selamanya dari hidup Darian. Tapi, semesta tidak mendukungnya.

Mungkin, ini adalah hukuman. Segala hal yang telah terjadi dulu. Segala dosa yang melibatkan mereka.

Dia, Darian, Dafa, dan juga—Finza.

Mungkin dia telah menanggung karmanya.

***

Hal yang terlintas di benak Finza ketika mendengar kata-kata menyakitkan itu adalah berlari. Hatinya rapuh. Begitu emosional dan penuh amarah. Dan dafa telah menyakitinya. Mengikis pelan-pelan harapan dan mimpi yang selama ini diinginkannya.

Laki-laki itu telah berhasil dengan begitu kejam.

"Lepasin aku!" teriak Finza. Tak mampu lagi membendung tangisannya.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang