7. The Meeting Point

1.2K 113 4
                                    

Rumah milik Dawson adalah satu-satunya yang termegah di kawasan Menteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah milik Dawson adalah satu-satunya yang termegah di kawasan Menteng. Finza tak pernah berhenti terpana melihat bangungan super mewah dengan gerbang bercat keemasan tersebut. Mulutnya selalu terbuka beberapa senti untuk mengagumi arsitektur keindahan yang terlukis di rumah itu.

"Hei, kamu jangan bengong, sayang."

Suara Darian membuat Finza segera mengatupkan mulutnya. "Abisnya aku selalu kagum tiap ke rumah kamu. Gila. Ini rumah apa istana?" decaknya tak habis pikir. "Kalau Fa aku ajak ke sini, dia pasti langsung ileran."

"Kamu udah sering ke rumahku yang di London. Nggak usah berlebihan, deh, sayang." Darian terkekeh. "Apa lain kali aku ajak kamu sama temen-temen kamu ke rumah yang di London? Biar bisa liburan juga."

Finza serentak menggeleng. "Ah, enggak, ah. Nanti yang ada Fa malah pingsan di sana."

Lagi-lagi Darian tertawa. "Kayaknya kita dari kemarin ngomongin Fa yang jelek-jelek, deh. Kasihan, ah. Sekali-kali yang bagus diomongin."

Finza balas tertawa. Sebelah tangannya memukul lengan Darian. "Ih, tapi beneran, sayang! Fa kadang katro, kampungan juga! Sering bikin aku sama Champ malu."

Darian masih tertawa. Sementara tangannya melajukan mobil memasuki halaman rumah. Begitu gerbang ditutup, salah seorang pengawal berjas hitam berlari menutup gerbang. Finza kembali dibuat kagum dengan sistem rumah keturunan bangsawan Inggris ini.

Kalau di rumahnya, boro-boro ada satpam, mempekerjakan pembantu saja Erro tidak mau. Menurut papanya, menyewa pembantu itu hanya buang-buang uang saja. Padahal pekerjaan rumah kan tidak begitu berat. Selama mereka bisa bekerja sama dan membagi tugas dengan baik, semua itu pasti terselesaikan dengan mudah. Apalagi Erro tidak begitu suka dengan orang asing. Ya kalau orang asing itu benar-benar baik. Kalau ternyata dia punya niat buruk bagaimana?

Finza kadang setuju dengan pemikiran papanya itu. Tapi, dia dan mamanya juga sering menentang pemikiran itu. Karena, yah, mereka berdualah perempuan di rumah tersebut. Dan sudah pasti ujung-ujungnya yang kena imbas mereka sendiri. Maka dari itu Echa sering menyewa pembantu diam-diam. Walaupun kadang hanya seminggu sekali atau malah setiap pagi saat Erro bekerja dan tidak di rumah. Minimal membantu mamanya mencuci dan memasak untuk makan siang. Atau jika ada arisan di rumah.

Pandangan Finza tertuju pada para pengawal berpakaian serba hitam yang berdiri berjajar dengan sikap hormat. "Kamu nggak takut kalau ternyata mereka orang jahat? Ya misal, mereka penyelundup atau dari organisasi hitam gitu?"

Darian menggeleng. "Enggak. Pengawal-pengawal di sini udah di-training selama satu tahun. Udah jelas juga identitas mereka siapa dan tujuannya apa. Kakek nggak pernah main-main kalau cari orang bawahan."

Untuk kesekian kalinya Finza bengong. Dia merasa amat sangat kecil di samping Darian. Gila saja keluarganya disandingkan dengan keluarga super kaya ini. Belum apa-apa, Finza sudah merasa takut.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang