46. The Question and Answer

1.1K 147 14
                                    

"Hari ini Dan pingsan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini Dan pingsan lagi. Tadi waktu main basket." Sessa menatap handuk mini, air mineral, dan sebungkus roti di tangannya. "Aku mau kasih ini. Tapi dia malah marah-marah pas udah sadar."

Dafa terdiam menatap Sessa. "Lo harus selalu jagain, Dan."

Sessa tak menjawab dan malah mendudukkan diri di samping Dafa.

"Sekarang Dan dimana?"

"Tadi dia langsung pergi sama temen satu gengnya. Aku nggak tahu kemana," jawab Sessa dengan seulas senyum murung. "Beberapa hari yang lalu, hal kayak gini juga terjadi. Waktu itu aku temenin dia olahraga, tapi dia malah kecapekan dan mimisan. Aku mau telpon Tante Della, tapi dia malah marah-marah. Dan selalu marah-marah. Kapan sih dia nggak marah?"

"Suatu hari nanti dia pasti nggak bakal marah-marah lagi."

Sessa memainkan botol di tangannya. "Aku takut Dan kenapa-kenapa."

Lalu satu suara muncul mengejutkan. "Kalian ngomongin gue, ha?" Darian muncul tiba-tiba. Matanya menghujam penuh pada Sessa. "Lo juga, Sa. Lo itu pacarnya siapa, sih, ha?!"

"Maaf." Bibir Sessa gemetaran. "Aku cuma khawatir aja sama kamu."

"Maaf! Maaf! Mending gue putusin aja. Lagipula di sekolah ini masih banyak cewek yang lebih bagus dari lo." Darian mendecih. "Gue juga bakal dikenalin sama anak temen bokap gue yang berkali-kali lipat lebih bagus dari lo. Selera lo bener-bener rendah. Anak pelacur? Gue nggak mau disamain sama dia?!" Darian menatap sinis Dafa.

"Jangan, Dan! Jangan putusin aku!"

Dafa bangkit. "Princess nggak salah. Gue yang ketemuin dia tadi."

Tawa Darian mengencang. Pandangannya teralih pada teman-temannya di belakang. Lalu kembali lagi pada Dafa. "Hm, hari ini mau kita apain nih si anak pelacur? Kayaknya seru kalau kita kerjain lagi."

Sahut-sahutan geng Darian terdengar.

Sessa mendorong Dafa agar pergi menjauh. Tepat ketika Dafa nyaris berbalik, Darian sudah mencekal lengannya. Kasar ditariknya kacamata yang menggantung di mata Dafa. "Eyaaa, nggak bisa lihat dia. Cupu banget, sih. Kasihan. Sok pinter, sih."

"Jangan, Dan!" Sessa berteriak.

"Berisik. Lo diem aja, Sa. Kalau lo nggak mau gue putusin, lebih baik pergi sekarang. Pergi sana!"

"Gue nggak apa-apa, Princess. Sana pergi," suara Dafa memburu. Sessa menyerah dan akhirnya berlarian pergi. Lalu tatapan Dafa tertuju pada Darian. Raut wajahnya pucat pasi. Tapi, tatapannya masih seperti biasa. Terasa begitu membunuh dan dalam. "Dan, lebih baik lo istirahat aja. Nanti sakit," katanya lirih sekaligus takut.

"Alah, nggak usah sok peduli sama gue bangsat! Lagian lo pasti seneng lihat gue menderita!"

Dafa menunduk.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang