20. The Ruiner

1.1K 117 18
                                    

Kekacauan terjadi tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekacauan terjadi tadi siang. Beberapa jam lalu sekumpulan pengawal berpakaian serba hitam dengan jas berlogo Dawson datang mengacak-acak markas dan meminta informasi mengenai keberadaan Dafa.

Robin dan Bian yang memang sudah hafal dengan kejadian-kejadian seperti itu kembali menyusun rencana. Untungnya saat itu Dafa tengah pergi keluar. Sehingga Robin tak perlu lagi mengarang-ngarang cerita karena memang begitu keadaannya. Sementara Bian, dengan dikomando Robin segera bersembunyi bersama Finza. Lalu yang dilakukannya setelah itu memanggil Dafa. Dan hingga beberapa jam ke depan boss-nya itu tak muncul juga.

"Bin, Boss dimana, sih? Kok nggak balik-balik." Bian menatap ponselnya guna melacak keberadaan Dafa. Tapi tak ada deteksi sama sekali.

Robin yang tengah membersihkan runtuhan kaca jendela menoleh, mengedikkan bahu, dan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Ya ampun, kita bisa rugi materil kalau kayak gini terus."

Bian mendesis. "Ini bukan saat yang penting buat ngomongin markas kita yang berantakan! Boss kita menghilang, Bin. See?"

"Nanti juga si Boss balik. Nah ini, kalau sampe markas bentuknya kayak kapal pecah gini, besok mana bisa kita kerja. Belum lagi kabel-kabelnya putus semua. Sistem kita hancur, men. Harus nyusun ulang dari awal."

"Ya, tapi—"

Suara Bian terhenti di tenggorokan saat terdengar bunyi gesrekan pintu kayu. Dari sana Finza muncul dengan wajah ketakutan. "Tadi itu apa?" tanyanya dengan merinding.

"Oh... Biasa. Pengawal-pengawalnya si Nyonya Emir yang kurang kerjaan itu pelakunya." Bian menjawab sekenanya.

Finza mengernyit bangkit. "Nyonya Emir siapa?"

Bian menghentikan gerakan tangannya memainkan ponsel. Kemudian kepalanya menoleh menatap Finza dengan pandangan yang sulit dijelaskan. "Mbak nggak tahu siapa Nyonya Emir?"

Finza menggeleng dengan polos. "Siapa?"

"Nggak usah diceritain, Bi," sahut Robin cepat.

Sontak membuat Finza meraih Bian dan mencengkram lengannya. "Ceritain."

"Nyonya Emira itu nyokapnya Boss Dafa."

"Emira?" Finza mengernyit. "Bukan Della?"

Robin dan Bian saling melempar pandangan. "Bukan."

Finza kembali memasang wajah bingung. Sungguh dia semakin tak mengerti dengan ini semua. Teka-teki yang datang semakin bermunculan. Tentang siapa sebenarnya Dafian, ada apa dengan laki-laki itu, dan alasan-alasannya melakukan semua kegilaan ini. Sungguh semua di luar akal pikiran Finza.

Baru Finza hanyut dalam pikirannya saat tiba-tiba suara langkah kaki mendekat disusul dengan bunyi bantingan pintu. Finza mengalihkan pandangannya. Begitu juga dengan Bian dan Robin yang melakukan hal sama.

Dari ujung pintu sosok Dafa mendekat. Langkahnya terhuyung. Tubuhnya penuh luka lebam. Juga darah yang merembes dari garis luka di tangannya. Bian dan Robin berlarian panik. Berusaha memberi pertolongan pada Dafa. Tapi yang dilakukan Boss mereka malah mendorong mereka menjauh.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang