Hampir jam sebelas malam ketika Dafa sampai di lobi bawah hotel. Suasana cukup sepi dan tak ada siapapun yang bisa dia temui di sana. Dafa melirik ponselnya lagi. Tak ada tanda-tanda pesan baru dari Sessa. Akhirnya dia memutuskan menunggu.
Detik hingga menit kembali berlalu. Dafa menghembuskan nafas panjang. Nyaris kembali sebelum akhirnya satu suara Sessa terdengar tak jauh darinya.
Dafa menoleh dan menemukan Sessa berdiri beberapa langkah tak jauh darinya. Senyumannya lebar. Sangat berbanding terbalik dengan keadaannya yang kacau.
"Ya ampun, Princess. Lo ngapain ke sini?" tanya Dafa panik. Secepat kilat berlari ke arah Sessa. "Lo nggak usah repot-repot dateng kalau emang nggak bisa. Gue tahu lo sibuk."
Sessa menatap Dafa lurus-lurus. "Jadi, semua yang aku lihat bener?"
Dafa tersentak kaget. "Apa maksud lo?"
"Pernikahan tadi." Sessa memaksakan seulas senyum. "Aku nggak pernah menyangka kalau laki-laki di depan aku ini udah jadi suami orang."
"Princess, kamu mau minum sesuatu? Atau kamu mau makan—"
"Aku mau kamu, Daf. Aku mau kamu. Tapi, aku tahu itu nggak akan mungkin lagi terjadi," kali ini suara Sessa nampak bergetar. "Seharusnya aku tahu sejak awal." Setetes air mata mengalir di pipi putih Sessa yang memerah kedinginan. "Semua kesalahan yang aku lakukan."
Dafa mematung. Masih dengan kebingungan yang sama.
Tangis Sessa kembali meledak. Sudah lama sekali mereka tidak saling menatap satu sama lain. Sudah lama sekali mereka membentengi diri. Dan sudah lama sekali mereka berubah menjadi orang lain.
Sessa tak pernah sesakit ini sebelumnya. Rasa sakit yang membuatnya begitu menderita ketika menatap mata itu. Mata yang sangat dirindukannya. Sahabatnya dan cinta pertamanya yang sebenarnya. Seharusnya dia mengatakan ini sejak awal, tapi semua terlambat. Dia sudah menyakitinya hingga titik darah penghabisannya.
Mengapa dia sekejam ini?
Dengan tangannya sendiri dia menghancurkan Dafa. Hingga hari ini saat dia berusaha mengejar kata maafnya kembali, rasa penyesalan itu masih terus mengikutinya. Membuatnya kembali terkungkung dalam lubang dosa yang telah dia buat sendiri.
Jika dia tidak berubah terlalu jauh. Jika mereka tak pernah mengenal dunia kelam itu. Mungkin hingga hari ini semua masih murni dan tulus. Tapi sekarang, Sessa tahu tak ada lagi ruang yang tersisa untuknya.
"Maafin aku, Daf. Untuk semua hal yang udah aku lakukan dulu. Aku tahu seberapa kuat pun aku mencoba, nggak akan pernah menghilangkan rasa sakit dan kecewa yang kamu rasakan. Aku tahu, pasti sulit banget untuk memaafkan aku."
Dafa memejamkan mata. Merasakan pipinya yang juga membasah. Memori-memori lama itu kembali bermunculan menamparnya. Dan kata maaf tak akan pernah bisa mengembalikan semuanya. Karena rasa sakit yang ditinggalkannya akan terus terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenger Cries
RomansaDafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...