56. The Endless Love

1.2K 161 36
                                    

Sejak tadi yang dilakukan Finza hanya merenung di dalam butiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi yang dilakukan Finza hanya merenung di dalam butiknya. Setelah pulang dari rumah Dawson, dia langsung ke sini. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dia lakukan hari ini. Rancangan design-nya untuk para klien baru menumpuk di samping meja. Tapi, belakangan Finza tak berniat menyentuhnya sama sekali. Biasanya setelah dia mencoret sesuatu di atas sketchbook, dia langsung akan meneruskannya dengan lancar. Lalu idenya akan mengalir dengan sendirinya bagai air. Setelah dicobanya beberapa kali, pada akhirnya Finza benar-benar muak. Kemudian berakhir dengan membuang sketchbook miliknya yang masih baru ke dalam tong sampah.

Karena bosan akhirnya dia memilih turun memperhatikan para pegawainya di ruangan menjahit. Setelahnya dia berpindah ke depan toko melihat-lihat aktifitas pegawainya yang lain tengah melayani para tamu. Sebentar disapanya beberapa tamu untuk sekadar basa-basi membicarakan fashion dan segala macamnya. Hingga Finza sadar ada salah satu tamunya yang tidak asing hari ini.

"Sessa," panggil Finza kemudian.

Sessa menoleh dan memaksakan senyumnya yang tampak pucat. "Hai, Finza. Aku dengar kabar pernikahan kamu sama Dan. Congratulation for your wedding."

Finza membalas senyuman Sessa. "Thank you, Sessa. Tapi—kamu pucat. Kamu sakit?" tanyanya khawatir.

"Jauh lebih dari sakit yang sekarang aku rasain," jawab Sessa dengan senyuman yang berubah hambar. "Tapi, aku udah terbiasa ngerasain ini. So, im fine."

Finza mengedip bingung. "Aku nggak ngerti, Sa. Maksud aku, emang kamu sakit apa? Kamu sakit parah?" tanpa sadar tangan Finza beralih menyentuh puncak dahi Sessa.

Sontak Sessa menghalanginya. "Im fine, Za. Seriously, Im fine. Aku nggak sakit apapun. Aku cuma bercanda. Lagipula, aku ke sini mau cari gaun baru untuk fashion show La Reine."

"Oh, aku kirain. Abisnya kamu kayak pucat banget. Mau minum sesuatu? Teh anget mungkin?"

"Nggak usah repot-repot. Aku udah selesei pilih gaunnya tadi. Sekarang aku harus balik ke lokasi. Banyak sesi pemotretan yang menunggu."

"Mmm... Ya udah, kalau begitu. Titip salam buat Eza, ya?"

Sessa mengangguk-angguk. Dia nyaris melangkah menuju pintu keluar sebelum akhirnya berbalik lagi. Matanya yang berhias softlens biru saphir tampak menghujam penuh kedua mata Finza.

"Satu hal lagi, Finza." Sessa tersenyum lagi. Senyum yang membuat Finza bertanya-tanya. "Ada banyak hal yang nggak kamu ketahui. Banyak sekali."

Finza menarik lengan Sessa kasar. "Apa yang nggak aku tahu? Apa, Sa? Tentang apa? Fashion, entertainment, atau—"

"Lebih baik kamu emang nggak usah tahu," putus Sessa kemudian. "Atau kamu akan kecewa nanti." Setelahnya dia benar-benar beranjak keluar.

Melihat kepergian Sessa membuat Finza berlarian mengejarnya. Lalu menarik lengannya seperti yang sudah-sudah. Hingga Sessa menoleh dengan raut wajah kesal. Tapi, Finza masih terus menatapnya dengan sorot memohon.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang