Dafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam semakin larut dan yang dilakukan Darwin hanya terdiam di balik kursi kerjanya. Selepas pergi tadi tak banyak yang dia lakukan. Pikirannya masih terus tertuju pada kejadian di Lembang. Sungguh, dia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya sekarang.
Pintu diketuk tiba-tiba. Darwin menghembuskan nafas panjang, menoleh sebentar ke arah pintu dan bergumam lirih. Tak lama setelahnya Liam muncul dengan tergesa-gesa. Raut wajahnya nampak panik.
Darwin menjadi gusar. Dia mendengus dan nyaris membanting buku di mejanya. "Ada apa lagi, Liam? Saya tidak mau mendengar hal-hal tidak penting seperti yang sudah-sudah terjadi."
"Bukan, Tuan. Sebenarnya ini soal Tuan Dan," jawab Liam dengan satu tarikan nafas panjang.
"Dan? Ada apa dengannya?"
"Begini, Tuan Darwin. Tadi Tuan Dan ditemukan pingsan di kediaman Wardhana. Sepertinya ada masalah dengan ginjalnya. Saya mendapat kabar ini dari Nona Princessa. Sekarang Nona Princessa sedang membawanya ke rumah sakit."
Darwin menggeram dan menjambak rambutnya frustasi. "Ada apa lagi ini? Ada apa?!" makinya kencang. Sebelum akhirnya berjalan tergesa meraih jasnya asal-asalan. "Katakan pada saya apa yang dilakukan Dan di sana!"
Liam mengikutinya dari belakang. "Sa—Saya tidak tahu, Tuan. Tapi— Bukankah keadaan Tuan Dan lebih penting daripada hal itu sekarang?"
"Ya, keadaannya lebih penting!" jawab Darwin dengan nada tinggi. Lalu dia melanjutkan, "Tapi, saya harus tahu mengapa dia pergi malam-malam ke rumah Princessa? Di luar hujan deras, kalau dia tidak pergi dan tetap di rumah, dia pasti baik-baik saja! Ada apa dengannya?! Bodoh sekali! Tak ada bedanya dengan Dafian!"
Liam menunduk. "Sabar, Tuan. Lebih baik kita segera ke rumah sakit."
Darwin kembali mendengus. Ditatapnya Liam lurus-lurus. "Katakan pada saya Liam! Katakan! Kenapa saya mempunyai dua anak laki-laki yang kelewat bodoh dan menyusahkan seperti mereka?!"
Liam menggeleng. "Sudahlah, Tuan. Jangan mempermasalahkan hal ini lebih dulu."
Darwin terdiam sebentar. "Liam, apa kamu mengetahui sesuatu? Katakan saja kalau kamu mengetahuinya!"
"Tidak. Saya tidak—"
"Liam, apa saya sama sekali tidak mengenali kedua anak saya? Apa saya benar-benar tidak mengenali mereka?"
Pada akhirnya Liam mengangguk. "Maafkan dengan kelancangan saya, Tuan. Tapi, memang benar. Tuan Darwin sama sekali tidak mengenal Tuan Darian dan Tuan Muda. Tuan Darwin sama sekali tidak mengenali siapa mereka."
Darwin terdiam kaku.
"Setahu saya, Tuan Dan mempunyai hubungan dengan Nona Princessa."
"Ya, mereka dulu satu sekolah. Juga dengan Dafian. Sessa adalah teman dekat mereka. Saya tahu dengan jelas."