83. The Reborn

1K 133 39
                                    

"Ya ampun, gantengnya suamikuuu," pekikan Finza adalah yang menggema di pagi hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun, gantengnya suamikuuu," pekikan Finza adalah yang menggema di pagi hari ini.

Susah payah Dafa menetralkan dirinya agar terlihat sedikit berwibawa di tengah sarapan nanti. Tapi Finza mengacaukannya. Dafa jadi malu sendiri. Tidak bisa berkata-kata di depan Erro dan Echa. Terlebih ada Eza si tukang kritik itu. Rasanya membuat Dafa kesal.

"Pokoknya suamiku dokter paling ganteng di seluruh jagad raya ini!" seru Finza lagi, kali ini sambil memeluk pinggang Dafa. Mau tak mau membuat suasana sarapan di meja makan kali ini jadi makin geli. Dafa hanya bisa tertawa-tawa pasrah.

"Eh, selamat pagi Ma, Pa," lirih Dafa sopan.

"Selamat pagi, Daf," Echa menjawab tak kalah riang. Sama seperti Finza, bersiap menggodanya. Tentu saja membuat Dafa makin malu. "Bener loh, kamu ganteng banget pake jas itu, Daf. Mama udah masak banyak ini demi menyambut hari pertama kamu kerja. Ayo sarapan dulu. Incha yang ngasih ide."

Dafa menatap nasi kuning yang dibentuk tumpeng di meja. Ada banyak lauk di sekitar tumpeng. Mulai dari dendeng sapi, ayam goreng, keringan tempe, telur dadar, dan masih banyak lagi. Masakan ini seperti memang disajikan spesial.

"Apaan, sih, Queen?" desis Dafa pada Finza. Jadi merasa tidak enak, gara-gara dirinya merepotkan Echa segala. Tapi diam-diam dia merasa haru. Sungguh, keluarga ini benar-benar baik dan tulus padanya.

"Ih, nggak apa-apa. Ayo makan yang banyak, biar tenaga kamu buat praktek nanti full baterai. Oke?"

Dafa hanya mengangguk.

Eza di hadapannya hanya nyengir melihatnya. "Perasaan gue nggak pernah, nih, dibikinin yang beginian. Mama pilih kasih, deh."

"Syirik aja lo! Minta Aren sana!" sungut Finza keki.

Mauren yang sibuk menyuapi Kafka hanya meringis. "Kamu kan udah besar, masak begituan aja iri?"

Eza melengos. "Ck, istriku emang nggak ada sweet-sweetnya!"

"Oh ya, Ren, Daf, kalian satu rumah sakit, kan?" Erro menengahi, membuat Dafa dan Mauren berjengit panik, "Kenapa kalian nggak barengan aja berangkatnya? Kan, ngirit bensin, tuh."

Seketika Eza dan Finza saling beradu tatap. Siap membunuh satu sama lain. Membuat Dafa dan Mauren menciut. Erro langsung menyesali ide ngawurnya barusan. Ternyata mengerikan juga, ya, efeknya?

Erro hanya tertawa menetralkan diri. "Maksud Papa, kalau pas kepepet aja bisa barengan. Hahaha..."

Kemudian Finza ikutan tertawa. Kembali ke mode semula. "Iya, iya, nebeng suamiku aja Ren, kalau pas lagi butuh. Suamiku pasti siap menolong. Hehe."

Mauren hanya memaksakan tawa ke arah Dafa. "Oke, makasih, ya, Daf!"

Dafa terkekeh membalas tatapan Mauren seolah paham. "Iya, Ren, sama-sama!" sedetik kemudian, keduanya saling menghembuskan nafas lega.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang