Alphard hitam milik Dafa terhenti tepat di depan rumah Dawson. Seulas senyum terus terpasang di wajahnya. Semerbak harum dan wangi perempuan itu kemarin, masih terasa menusuk-nusuk indra penciumannya. Dafa meraih kemeja yang dipakainya dan merabanya pelan. Masih mengingat lembut jemari Finza yang menggetarkan jantungnya.
Dafa melangkah turun pelan-pelan. Sepertinya malam ini dia akan menghabiskan waktu di rumah. Beberapa barang pentingnya tertinggal di dalam. Sial memang. Sejak kehadiran Finza di dalam kehidupannya, dia jadi sering lupa mengerjakan tugas. Kasihan Robin dan Bian yang selalu mengambil alih semuanya sendiri. Kalau begini terus dia harus sering-sering lembur.
Dafa baru akan masuk ketika Liam berlarian keluar menerjangnya. Meremas pundaknya kuat-kuat. Lalu berteriak seakan meminta pertolongan. Raut wajah pria paruh baya itu tampak dipenuhi kecemasan luar biasa. Membuat Dafa didera rasa panik.
"Tuan Muda!" suara Liam bergetar. "Tuan Dan— Tuan Dan..."
"Ada apa, Liam?" tanya Dafa panik. "Jangan bikin saya panik!"
"Tuan Dan..." Liam kembali menarik lengan Dafa. "Penyakit Tuan Dan kambuh. Tolong!"
Detik selanjutnya Dafa berlarian masuk. Menerobos lantai dengan langkah lebar-lebar. Bahkan hingga menaiki anak tangga yang panjangnya nyaris puluhan langkah dilakukannya amat cepat. Sementara Liam mengikuti dari kejauhan.
Benar saja. Di sana kamar milik Darian terbuka lebar. Dafa berlarian ke dalam dan menemukan Darian nyaris terkapar tak berdaya di atas ranjangnya dengan nafas tersengal-sengal. Sementara di sampingnya para pelayan berusaha mencari pertolongan.
"Dan!" panggil Dafa lirih. "Dan, lo nggak apa-apa?"
Darian meringis menahan sakit. Pandangan matanya nyaris kabur ketika dia berteriak meraung-raung memanggil salah seorang pelayan.
"Dan, jawab gue!"
"Di—em. Bang—sat," Darian menjawab terputus-putus. Tangannya berusaha meraih segelas air putih yang langsung disambarkan Dafa untuknya.
"Pembohong!" Dafa bergumam sambil menyerahkan segelas air minum untuk Darian. "Lo bilang satu tahun lalu, lo udah sembuh. Tapi nyatanya lo bohong."
"Bukan urusan lo!" jawab Darian masih sambil memegangi bagian bawah perutnya.
Dafa termenung sebentar. Kemudian mengikuti jejak para pelayan mencari obat untuk Darian. Hanya butuh beberapa detik baginya untuk bisa menemukan botol kaca—berisikan obat pereda sakit ginjal— yang disimpan Darian di bawah tumpukan baju.
Segera Dafa mengeluarkan sebutir pil yang kemudian diulurkannya pada Darian. Bukannya berterima kasih, Darian malah merebut pil itu dari tangan Dafa dengan kasar. Lalu raut wajahnya berubah penuh amarah.
"Gue udah bilang berulang kali sama lo, jangan pernah sekali pun lo menyentuh milik gue. Gue nggak mau kepunyaan gue rusak." Darian dengan satu tarikan nafasnya berhasil bersuara panjang. Meski raut wajahnya masih pucat seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenger Cries
RomanceDafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...