23. The Empathy

1.1K 106 6
                                    

Masih pukul 2 pagi ketika Dafa melajukan mobilnya keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih pukul 2 pagi ketika Dafa melajukan mobilnya keluar. Cukup untuk sedikit hiburan dari kegilaannya yang mengerikan. Mobil yang dikendarainya berhenti di sebuah night club mewah dengan kupu-kupu malam berkeliaran di sekitarannya.

Pemandangan ini sudah biasa di hidup Dafa. Tapi, Dafa bersumpah. Berada di sini, di tengah orang-orang gila yang mencari tempat persinggahan di bawah naungan diskotek jauh lebih menyenangkan daripada berada di dalam rumah yang satu atap dengan iblis.

Dafa melangkah pelan menuju salah satu tempat bar. Dia memesan beberapa botol vodka dan duduk merenung. Mencoba mengingat-ingat kembali semuanya seperti kaset rusak. Tentang pertemuannya dengan Azel dan kenangan mereka. Semua mulai bersliweran menjadi satu dalam otaknya. Membuatnya pusing dan mati rasa.

"Shit!"

Dafa menggeram. Mulai kehilangan kontrol saat menenggak separuh vodka dalam botol. Matanya berkunang-kunang dan dia meracau. Merasakan kepedihan yang dalam oleh hidupnya. Tapi, di satu sisi dia bahagia. Sangat bahagia. Karena lewat ini semua perlahan-lahan dia akan menghancurkan Darian dan dia bisa memiliki Princessa-nya kembali. Cinta pertamanya yang begitu murni dan tulus. Tapi kini telah dia kotori.

Dafa tak pernah menyesal dengan semua ini. Setiap rasa sakit yang dirasakan Darian adalah bahagianya. Berulang kali dia meneriakkan kemenangannya atas awal kehancuran Darian. Dan entah semua jeritan kebahagiaan sudah dikeluarkannya.

"Mmm... Bentar lagi lo akan hancur berkeping-keping, Dan..." Dafa bergumam. Meraih ponselnya sekilas dan menekan tombol call pada nomor Sessa.

"Hallo..."

"Mmm... Hallo Princess sayang... Gue punya kabar gembira... Lo pasti seneng."

"Kamu mabuk, Daf?"

"Hahaha..." Dafa terbahak. "Mabuk? Siapa bilang? Gue lagi bahagiaaa banget. Sini deh ayo kita ngerayain kemenangan kita-"

Sambungan terputus tiba-tiba.

"Brengsek! Halo! Halo! Princess lo dengerin gue nggak, sih? Princess!"

Dafa mendesis jengkel. Ponsel itu dilemparkannya ke ujung lantai dengan begitu kencang. Layarnya sudah hancur dan seluruh isinya berjatuhan tak menentu. Dafa tak peduli. Dia menyambar botol vodka miliknya dan meneguknya tak beraturan. Dia sudah marah.

Seluruh vodka di hadapannya telah tandas. Dafa semakin mabuk. Mukanya sudah memerah dan jalannya sudah linglung tak menentu arah. Tak puas dengan vodka, dia mencari barang pelampiasan lain. Beberapa perempuan diskotek menjadi sasarannya. Semua juga dibabatnya habis dengan french kiss. Dan berakhir dengan melempari mereka uang ratusan sebagai gantinya.

Dafa nyaris kehilangan kesadarannya kalau dia tidak menangkap bayangan Sessa di hadapannya. Dia tertawa melihat perempuan itu berdiri dengan angkuh di hadapannya.

"Akhirnya lo datang juga, Princess. Gue tahu lo masih peduli sama gue."

Sessa menatap Dafa dengan wajah memicing. Dia tersenyum angkuh. "Kenapa?"

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang