Ruangan yang berantakan dengan sampah snack berserakan, setumpuk kartu remi yang bertebaran, dan kocokan dadu yang berhamburan di lantai adalah hal yang pertama dilihat Dafa saat sore itu pulang ke markas.
Sementara di tengah sana, sekumpulan orang yang berbuat kekacauan di markasnya malah tertawa bahagia. Duduk mengeliling papan monopoli dengan uang mainan di genggaman tangan. Bian tengah mengocok dadu. Sedangkan Finza dan Bian sibuk menghitung uang di tangan masing-masing.
Dafa menatap geram. "Apa yang lo semua lakuin di markas gue?!"
Bian dan Robin yang menyadari kedatangan sang boss terkesiap. Bian bahkan nyaris melemparkan dadunya tepat ke muka Dafa. "Eh... Bo... Boss... anu... Bin... Bin gimana, nih, Bin?!"
Robin yang ditatap Bian ikut gemetaran.
Tapi Finza malah bangkit. Tertawa ke arahnya riang. "Hai, kamu udah pulang?! Ayo duduk, kita main bareng!"
Dafa melotot ke arah Finza.
Finza mengomando Bian dengan santai. Mengibaskan uang monopolinya ke udara. "Ayo, Bi, kasih duitnya ke boss kamu! Biar Boss kamu ikutan juga!"
Dafa masih menggeram emosi. "Maksud lo..."
"Tunggu apalagi?" Finza tertawa renyah. "Ayo duduk. Kita main bareng. Bin, kocok dari awal. Kasih uangnya ke boss kamu."
"Yah, Mbak, gue udah beli Sanur sama Danau Toba gini, lo mau ulang dari awal. Tegaaa..." Bian ingin menangis.
Finza tertawa riang, melirik Dafa yang masih mematung emosi. "Kenapa diem? Ayo ikutan, Daf!"
"Lo bener-bener..." umpat Dafa emosi. Sebelum akhirnya meledak. "Apa yang lo semua lakuin di markas gue?!"
"Main monopoli. Minimal sekali seumur hidup. Hidup kamu bosenin, sih," sindir Finza gatal.
Dafa melirik sinis. "Heh, main ginian gue juga jago kali!"
"So, let's try..."
"Lo benar-benar..." tapi akhirnya Dafa bersedekap sombong, mulai duduk di tengah kumpulan. "Mana duit gue, sini!"
Bian dan Robin langsung cengengesan. "Kocok dari awal, Bin."
***
Setelah seharian bermain monopoli, Dafa akhirnya kelaparan juga. Jadi, mau tak mau dia mengeluarkan mobilnya menuju restoran. Selama di perjalanan, Dafa tak banyak bicara. Hanya Finza yang sibuk mengoceh.
"Kali ini kamu mau ajak aku makan kemana?"
Dafa melengos. Berisik. Diam dan jangan banyak tanya, omelnya dalam hati. Dia hanya bersuara seadanya dan mengirimkan sinyal pada Finza agar mengikutinya saat turun dari mobil. Mereka sampai di sebuah restoran papan atas bintang lina. Dafa memilih salah satu bangku di pojok ruangan yang berhadapan dengan kolam ikan koi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenger Cries
RomanceDafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...