84. The Good News

1.7K 164 90
                                        

Dafa benar-benar memikirkan nasehat Mauren, Azel, dan Rino tempo hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dafa benar-benar memikirkan nasehat Mauren, Azel, dan Rino tempo hari. Keinginan untuk memiliki rumah sendiri makin kuat. Dan dia memasrahkan hal tersebut kepada Queen-nya. Tapi yang dia dapat di kemudian hari adalah...

"Apa Queen?!"

"Iya!" Finza mengangguk riang, menunjukkan sertifikat perumahan yang ada di tangannya. "Ini, kan, yang kamu mau? Rumah baru impian kita! Taraaa! Aku udah dapetin itu!"

"Tap..." Dafa kehabisan tenaga untuk mengelak. "Tapi, kamu bilang apa tadi?!"

Finza menggelengkan kepalanya bingung. "Bilang yang mana?" sungguh Finza tidak mengingat apapun lagi. "Oh... Itu... Iya, rumah kita. Rumah baru kita di sampingnya Jaja sama Aren. Jadi, kita sebelahan gitu, loh, sayang. Tetangga. Hehe."

"Apa?!" tentu saja Dafa ingin mengumpat kasar. "Jadi, kita tetanggaan sama Jaja?!"

Finza menatap cemberut. "Reaksi kamu kok gitu, sih, kenapa emang?"

Dafa berusaha menghembuskan napasnya yang panjang. "Ma... Maksud..."

"Ih, ngomong yang jelas!"

"Maksudnya, rumahnya harus banget sebelahan sama Jaja?" mau tak mau Dafa berusaha menampilkan senyum terbaiknya. "Gini, Queen... Hehe, nggak ada rumah lain apa?" Dafa ingin melotot rasanya.

Finza makin cemberut. "Emang kenapa, sih, kalau sebelahan sama Jaja? Kamu kan tahu, Jaja itu saudara kembar aku. Gimana, ya, kita kan sehati? Aduh, gimana ya, ngomongnya. Rumah dia tuh tipe aku banget. Ya, kamu tahulah, saudara kembar tuh jiwanya udah melekat, dipisahin susah. Hehe... ya... ya?"

Dafa menahan geraman dengan senyuman. Oke, jadi, dia keluar dari rumah Erro dan membangun rumah di sebelah Eza, jadi intinya itu. Dafa menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya. Kalau begitu lebih baik kembali ke rumah Erro saja! Dafa lebih rela diceramahi Erro daripada harus menghadapi kakak iparnya yang super songong dan pembawa petaka itu!

Pulangkan dia ke rumah Erro!

"Kamu kenapa, sih, kok mukanya jadi ngerut-ngerut gitu?" Finza manyun. "Kan, kamu sendiri yang ngasih uang terus bilang. Queen, kamu bebas bangun dan pilih rumah impian kamu. Selagi kamu suka, rumah apapun itu, aku pasti suka," ujarnya menirukan mimik suara Dafa beberapa hari lalu.

Dafa masih bengong di depannya. Oh iya, dia bilang begitu, ya? Boleh tidak dia tarik kata-kata itu lagi?

"Ya, kan, aku sukanya yang di kompleknya Jaja. Rumah Jaja tuh aku banget."

Dafa tersenyum manis menyembunyikan raut galaknya. "Bilang aja selera kamu sama Jaja itu sama!"

Finza menjentikkan jari gemas. "Nah, tuh tahu. Sayangku pinter, deh."

Dafa kembali menghembuskan napas panjang. Dasar saudara kembar! Ribet! Besok-besok Dafa akan bilang ke Azel, Robin, Bian, dan pokoknya siapapun yang masih single, jangan sampai menikahi istri yang punya saudara kembar. Karena akan super ribet! Ini salah satu contohnya! Rumah saja harus dempet, astaga. Kalau begini ceritanya sama saja Dafa keluar dari sarang buaya (Rumah Erro sang papa mertua) dan masuk ke kandang singa (menjadi tetangga Eza sang kakak ipar). Seperti judul film itu, ipar adalah maut.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang