78. The Happier

1.1K 140 26
                                    

Changi, Singapura               

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changi, Singapura               

Suara keramaian lalu lalang manusia yang tengah menarik koper mereka terdengar menusuk-nusuk telinga. Sedikit malas, Dafa merapatkan headset hitam yang sejak tadi menancap di telinganya. Ini bukan liburan impiannya. Bukan. Semua jauh di luar ekspektasinya. Hanya dalam waktu dua hari, bulan madu romantis yang sedang disiapkannya hancur begitu saja.

Alasannya simpel. Tentu saja karena manusia-manusia itu. Manusia-manusia menyebalkan yang sedang tertawa lebar itu. Dafa mendengus. Mengalihkan wajahnya saat Eza menoleh ke belakang.

"Eh, adik ipar, thanks ya, udah lama banget gue nggak liburan," tawa Eza menyeringai.

Faza mengangguk riang. Sebelah tangannya merangkul pundak Dafa-yang langsung ditepis kasar. "Apalagi gue yang setiap hari cuma jadi pelayan nggak jelas. Mana kerjaan di LSM seret lagi. Butuh banget piknik kayak gini. Thanks, ya, Bro."

"Bro?" pandangan Dafa berubah sinis. "Emang gue saudara lo? Bukan!"

Faza hanya cengengesan. "Dih, nyolot banget, sih. Apa lo mau gue panggil maling lagi?"

Dafa mendengus. Akhirnya berkata dengan mata tajam. "Nggak-usah-manggil-gue."

"Dih. Sombong," rutuk Faza. Spontan berteriak ke arah Azel yang melangkah santai di depan. "Cel, temen lo nih. Gue baikin salah, gue jahatin juga salah. Terus maunya apa?"

Azel beralih menatap Dafa. Tampak sekali raut wajahnya yang sedikit malas. Mau tak mau, tawa Azel muncul. "Udahlah biarin aja. Nanti juga diem sendiri," katanya seraya berbalik lagi.

Merasa jengkel, Dafa berlarian ke depan. Berusaha menyamai langkah Azel yang lagi-lagi melakukan hal sama dengannya-menyumpal telinga dengan headset. Suara Dafa terdengar sinis penuh sindiran ketika berhasil menatap Azel. "Lo pasti bersekongkol dengan mereka semua? Apa nama kalian? Gue lupa. Champs?"

Faza berdeham-deham. "Iya, kenapa? Lo mau nantangin kita?"

Dafa mendengus. "Nama lo semua kayak merk pembalut tahu nggak?!"

"Ya terus kenapa?! Bodo amat, dah." Faza masih bersikukuh.

Akhirnya, Dafa memilih diam. Tak mengindahkan sama sekali omongan mereka. Lagipula dia lelah kalau terus berdebat dengan laki-laki yang selalu memanggilnya dengan sebutan maling itu. Huh, memang dia kira dia ini siapa? Dafa merutuk sambil kembali menarik kopernya.

Semua ini berawal dari kesialannya saat meminta izin pada mertuanya yang berbuntut panjang mengajak manusia-manusia berisik itu. Padahal mertuanya itu tahu tidak, sih? Dia ini mau bulan madu. Bukan liburan biasa. Kalau orang-orang ini saja harus ikut, bagaimana dia mau bulan madu dengan tenang?

Lamunan Dafa buyar saat tiga perempuan itu berlarian di depannya. Salah satu dari mereka-Finza-mengulurkan sekaleng soda dengan cengiran lebarnya.

"Minum." Finza mengulurkan minumnya dengan ceria.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang