40. The Shadow

1K 132 28
                                    

Suara keritan pintu kamar mandi terdengar di kamar penuh lilitan kabel itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara keritan pintu kamar mandi terdengar di kamar penuh lilitan kabel itu. Dafa melangkah keluar dari sana. Sedikit tak peduli dengan kabel-kabel yang bersambungan di lantai. Sudah cukup biasa baginya bersentuhan dengan mereka. Bahkan tersengat pun tak masalah sama sekali. Dafa bisa menanganinya.

Dafa berjalan pelan menyingkir menuju almari kacanya. Tubuhnya masih setengah basah dengan handuk melilit di pinggangnya. Langkah Dafa terhenti saat pantulan tubuhnya terbentuk di cermin. Dafa sedikit takjub saat menemukan luka-luka di tubuhnya mulai sembuh sedikit demi sedikit. Beberapa sudah hilang meninggalkan bekas-bekas yang cukup kentara. Sebagiannya lagi mulai mengering. Bahkan nyeri dan perih yang selalu dirasakannya setiap malam perlahan hilang.

Jemari Dafa terangkat untuk meraba luka-luka itu. Rasanya aneh. Hangat dan halus sentuhan Finza masih membekas di sana. Membuat Dafa memejamkan matanya dan merasa nyaris gila karena di setiap detik hidupnya dia mulai berhalusinasi tentang Arniafinza. Berharap selalu bisa melihat dan menatap perempuan itu.

Sungguh, ini hal pertama yang dia inginkan setelah sekian lama terus berharap pada Princessa—yang kini membuatnya jengah dan lelah.

Tapi lagi-lagi Dafa berbuat kesalahan. Ya, salah. Semua tentang dirinya serba salah. Dafa tahu itu. Bahkan semakin membuat kesalahan sejak dia sadar ada perasaan yang aneh muncul di hatinya pada tunangan kakaknya.

Dafa meremas rambutnya frustasi. Sejak dulu dia memang tak pernah berubah. Selalu lemah. Atau mungkin perasaannya memang benar-benar rapuh.

Dafa meringis sejenak saat kukunya tanpa sengaja menggores bagian luka di tubuhnya. Lalu rembesan darah muncul dari sana. Tak mempedulikan luka itu, Dafa menarik kaos hitamnya secepat kilat. Kemudian segera melangkah keluar.

Semua gara-gara Arniafinza. Seharusnya dia tidak perlu datang malam itu. Tidak perlu muncul di hadapannya. Tidak perlu datang dengan kebaikan dan segala kelembutannya. Juga tidak perlu mengobatinya. Dafa membenci segala sikap baik perempuan itu setelah apa yang sudah dia lakukan dengan begitu kejam.

Sial. Kenapa perempuan itu tiba-tiba selalu menghantui pikirannya?

Dafa memejamkan mata rapat-rapat. Sedang apa dia sekarang? Matanya terbuka sesaat dan langsung tertuju pada jam dinding di depan. Pukul 8 malam. Pasti perempuan itu sedang makan malam bersama Darian. Seharusnya Dafa sadar tidak seharusnya dia memikirkan Finza.

"Tuan Muda, ada kabar dari Tuan Besar."

Suara Liam membuyarkan lamunan Dafa. Membuat Dafa menoleh cepat dan menemukan salah satu pengawal Dawson, satu-satunya pengawal yang bersikap netral dan tidak menjadi tangan kanan Emira, yang baik terhadapnya. Dafa beruntung masih ada orang seperti Liam di dunia ini.

Kini Liam tengah tersenyum padanya. "Ya, Liam. Ada apa?"

"Saya hanya ingin menyampaikan kabar bahwa sekarang Tuan Besar sudah sampai di kediaman London dengan selamat."

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang