Finza baru ingat sekarang. Jadi perempuan yang ditemuinya di bandara itu adalah Princessa Wardhana. Ternyata perempuan itu beda sekali saat sudah dipoles dengan make-up.
Sekarang Finza tahu siapa dia. Pantas saja melihat wajahnya kemarin seperti tak asing. Ternyata dia memang model papan atas yang sering di lihatnya di majalah Asian Lines itu. Kebetulan sekali Princessa sekarang menjadi bawahan Wide Entertainment. Mungkin dia bisa meminta tolong Eza atau Darian untuk mengenalkannya pada Princessa. Siapa tahu dengan bertemu perempuan itu, akan menambah pengetahuan Finza tentang trend baru fashion di Indonesia.
Tiba-tiba ponsel milik Finza berdering dari kejauhan. Finza menoleh sekilas dan langsung memasukkan majalah itu. Lalu berderap mengambil benda persegi panjang tersebut. Ternyata Divia yang menelpon.
"Halo, Div."
"Cha, kamu lagi di butik?"
"Iya, Div. Emang kenapa? Tumben pagi-pagi banget nelpon."
Dari kejauhan terdengar desah nafas Divia. "Tadi rencananya aku mau ngajar di sanggar. Semalem muridku telpon mau minta tambah privat. Tapi ternyata aku salah hari. Aku udah terlanjur nyampe di depan sanggar. Mau ke Champ mager. Aku ke tempatmu aja, yah? Lebih deket dari sini soalnya."
Finza tertawa. "Ya ampun, Div. Kalau mau dateng, ya dateng aja langsung. Kalaupun aku lagi nggak di sini, kan ada Anna yang bisa diajak ngobrol."
"Oke, Cha. Aku beli bubur ayam dulu buat sarapan. Mau nitip?"
"Boleh, Div. Lima, ya. Buat Anna sama karyawan lain. Nanti aku ganti kalau kamu udah sampe."
Divia berdecak. "Apa, sih, ganti-ganti segala?! Nggak terima uang ganti!"
Lalu sambungan terputus. Finza menatap ponselnya jengkel. "Ih, Divi tuh kebiasaan seenaknya, deh! Bener-bener minta dikawin sama Fa!"
Finza melempar ponselnya ke atas sofa dan kembali memfokuskan diri pada sederet rak di depan. Matanya asyik menjelajah kumpulan sketchbook yang tertata apik di sana. Dia meraih satu dan membersihkannya dengan kemoceng. Baru beberapa buku habis dibersihkannya suara ketukan pintu terdengar
"Masuk!"
Finza tersenyum melihat Anna—salah seorang pekerjanya merangkap sekretaris— berdiri di ambang pintu. "Ada apa, Na?"
Anna tampak kebingungan menjelaskan. "Mbak Finza itu anu—"
Finza celingukan keluar. "Apa, sih, Na? Jangan bikin aku bingung sama kelakuan kamu."
Anna mengangkat jemarinya dan menunjuk-nunjuk belakang menggunakan jempol. "Di bawah ada yang cari Mbak Finza."
"Loh, cari aku? Siapa, ya?" Finza membuka-buka buku agendanya yang terletak di atas meja. "Hari ini aku nggak ada janji ketemu sama siapapun di butik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenger Cries
RomantizmDafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...