Dafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mendengar ketulusan Dafa, Finza tidak pernah sebahagia ini. Akhirnya dia bisa berguna juga sebagai seorang istri bisa membimbing suaminya.
"Pertama sebelum kita berdoa, kita harus wudhu dulu."
"Wudhu? Oke, aku pernah dengar. Gimana caranya?"
Dafa masih menatap Finza dengan serius. Seperti anak-anak yang melihat guru mereka, Dafa bahkan memperhatikan setiap detailnya. Finza memberi contoh lebih dulu. Barulah Dafa mengikutinya. Meski harus pelan-pelan karena Dafa terlalu kaku dan kikuk.
Oh, jadi ini yang namanya wudhu. Sekarang Dafa mengerti.
"Kamu agak nunduk, deh," komentar Finza.
"Gini?"
"Iya. Kamu ikuti aku kayak tadi. Lama-lama kamu bakal terbiasa, kok."
Dafa mengangguk patuh. Mengulang kembali seluruh gerakan Finza tadi. Hingga akhirnya dia berhasil membasuh sampai ke ujung kaki. Hatinya berbunga-bunga. Ternyata dia bisa. Dan mengakhirinya dengan doa, Dafa tersenyum. Kemudian menggenggam tangan Finza.
"Queen, terus habis ini kita udah bisa sholat, kan?" penuh semangat diseretnya Finza ke dalam kamar.
Tentu saja Finza melotot. Baik Dafa maupun Finza saling berpandangan. Dafa menatap bingung melihat reaksi Finza yang menjadi bad mood. "Kenapa?"
Finza menggeleng putus asa. "Nggak bisa, sayang. Kita udah batal. Kita harus ulang wudhu dari awal. Ih, kamu, sih."
"Loh, emang aku ngapain?" Dafa makin bingung.
"Kamu pegang aku. Ini," Finza menggoyangkan lengannya yang dipegang Dafa. Kamu, sih. Jadi batal, kan. Kamu jangan pegang-pegang aku kalau udah wudhu."
"Kenapa nggak boleh, Queen?"
"Ya bikin batal."
Dafa meringis. "Katanya kita udah halal, kan? Terus kenapa bisa batal?"
Mendadak Finza jadi pusing mendengar rentetan pertanyaan dari Dafa, akhirnya Finza hanya memaksakan senyum. "Yang penting sekarang kamu ikutin aja, deh, apa yang aku suruh. Pokoknya kamu ulang lagi wudhu-nya, sayang."
"Jadi, emang harus diulang, ya?"
"Harus!" Finza memaksakan tawa. "Kamu jangan pegang-pegang aku dulu, oke?"
Lagi-lagi Dafa mengangguk patuh. "Oke."
Ketika mereka kembali ke dalam kamar, barulah Dafa mengernyit saat mendapati sesuatu di atas ranjang.
"Itu namanya sarung. Dipake cowok kalau pas sholat. Misalnya, kamu pake celana pendek. Nah, kalau kamu mau sholat, dipakein sarung. Kalau kamu udah pake celana panjang nggak apa-apa nggak usah pake."
"Ini buat aku?"
Finza memutar bola matanya geli. "Itu punya Jaja. Tapi nggak apa-apa, aku kasih ke kamu. Hehe. Berbagi itu indah lho, sayang."