Suara derap langkah kaki itu terdengar memenuhi ruangan. Darwin yang tengah melangkah menuruni tangga melirik Liam yang sejak tadi terus kesana-kemari dengan panik. Entah apa yang dilakukan ketua pengawal itu sampai bertingkah seperti itu.
"Liam, ada apa?" tanya Darwin bingung.
Liam menoleh sebentar. Sebelah tangannya masih sibuk memegangi ponsel. "Sebentar, Tuan Darwin. Saya sedang mencoba menghubungi Tuan Muda."
Darwin mengernyit bingung. "Memang ada apa? Bukankah Dafian berada di apartemennya?"
Liam menggeleng. "Barusan Tuan Muda mengabari saya. Katanya Tuan Muda sekarang sedang berada di Lembang. Dan mobilnya mogok."
"Lembang?" tanya Darwin kaget. "Sedang apa anak itu ke sana? Jauh sekali."
"Saya tidak tahu. Saya sedang mencoba menghubunginya lagi. Tapi Tuan Muda tidak menjawab telpon saya. Sepertinya di sana tidak ada sinyal."
Darwin melirik ke luar rumah. Hujan deras masih terus mengguyur sejak tadi. Sesekali kilat menyambar-nyambar dari luar. Dan anaknya itu sekarang berada di Lembang? Sedang apa dia ke sana?
Sedikit rasa khawatir hinggap menghantui Darwin. Mau tak mau diraihnya ponsel milik Liam dan dicobanya memanggil kontak Dafa. Beberapa kali dia coba tetap tak berhasil juga.
"Kita cari saja, Liam."
"Iya, saya akan mencarinya. Tuan Darwin tenang saja. Saya pasti membawa pulang Tuan Muda."
"Tidak. Saya juga ikut denganmu."
Liam mengerjap kaget mendengar keputusan Darwin. "Tidak. Tuan Darwin tidak perlu melakukannya. Biar saya sendiri saja. Lebih baik Tuan Darwin di sini saja."
"Tidak apa-apa, Liam. Saya akan ikut. Saya tidak mau melihat dia melakukan hal bodoh lagi." Darwin mendengus. "Apa sih yang dia lakukan sore-sore begini di tempat sejauh itu?"
"Saya juga tidak tahu."
Darwin menghembuskan nafas panjang. Setelah mengambil mantel tebal diikutinya langkah Liam yang beranjak menuju halaman depan. Lagi-lagi hujan masih terus turun. Di sampingnya Liam sudah menyiapkan payung. Lalu keduanya berlarian kecil menuju mobil yang disiapkan pengawal lain.
Selama perjalanan macet panjang terjadi. Hujan yang deras mengakibatkan arus jalanan terganggu. Mobil dalam antrian panjang yang sulit. Dalam hati Darwin mulai cemas. Keadaan tak berangsur membaik. Untungnya dua jam kemudian kemacetan dapat teratasi. Lalu jalanan mulai kembali normal hingga jam-jam berikutnya.
Sampai akhirnya mobil berhasil sampai di daerah Lembang yang minim lampu penerangan. Lalu dari kejauhan tampak dua buah mobil tak asing terparkir di salah satu area menuju danau.
Darwin mengernyit. Meski keadaan gelap dia masih sanggup mengenali warna mobil itu. Sebuah alphard hitam. Sudah pasti itu milik putra bungsunya. Tapi, BMW merah muda? Entah ini hanya ilusinya saja atau semua ini memang kebetulan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenger Cries
RomanceDafian Wiranata Dawson (Dafa) membenci saudara tirinya, Darian Wiratama Dawson (Darian) karena telah merebut cinta pertamanya dan membuat hidupnya di masa lalu bagai terkurung dalam kegelapan. Mungkin dulu dia hanya remaja lemah yang mendapat cap an...