67. The Puzzle Memories

993 157 32
                                    

Jakarta, Indonesia, 10 years ago

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Indonesia, 10 years ago

Suara-suara itu terdengar menusuk gendang telinga Darian. Dalam hitungan detik dia sudah menerobos kamar tidur orang tuanya. Tak peduli lelah yang menderanya. Juga baju seragam putih-abunya yang sudah lecek terkena keringat. Sekarang dibantingnya pintu kuat-kuat.

"Mama bilang apa? Siapa yang akan dijodohkan?"

Della terkesiap. Secepat mungkin mematikan ponsel di tangannya. "Loh, kamu sudah pulang, Dan?"

Darian tak menjawab dan malah membanting tasnya.

"Ada apa, sih? Kenapa marah-marah? Kalau sudah pulang lebih baik minum obatmu dulu. Mama ambilkan, ya?"Della nyaris beranjak menuju pintu.

"Jawab saya dulu, Ma! Siapa yang dijodohkan?"

Della berbalik lagi. "Oh, masalah itu? Tidak. Tidak. Bukan perjodohan juga, sih. Terlalu dini kalau menyebutnya seperti itu. Maksudnya, Mama hanya ingin mengenalkan Finza dengan Dafa. Kamu sudah sering bertemu Finza. Tapi, Dafa belum pernah sama sekali. Mama rasa, kalau Dafa bertemu dengan gadis seperti Finza, dia bisa lebih sedikit terbuka. Mungkin dia bisa tersenyum, tertawa, dan—melakukan banyak hal." Senyuman Della memudar. "Kamu sendiri tahu Dafa tidak punya siapa-siapa. Teman dan sahabatnya sedikit. Jadi—"

"Tapi, Finza teman saya, Ma!" teriak Darian marah.

"Iya, Mama tahu, Dan. Siapa bilang Mama tidak tahu? Kamu dan Finza berteman baik. Malah sangat dekat sejak dulu. Maka dari itu—"

Darian menggeram.

"Mama hanya ingin mencarikan teman untuk Dafa. Sedangkan kamu? Kamu punya teman, kan? Temanmu sangat banyak. Mama bahkan tidak bisa menghitungnya. Tapi Dafa? Dia pasti sering kesepian."

"Saya lebih dulu berteman dengan Finza, Ma! Dan saya tidak suka Finza berdekatan dengan Dafa!"

Della mendesis. "Memang apa hubungannya? Finza hanya boleh bersamamu?"

"Siapa bilang Dafa tidak punya teman? Ada Princessa!"

Della menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dan, Sessa sekarang pacarmu, kan? Mama lihat, sejak kalian berpacaran, Sessa menjauhi Dafa."

Darian mendesis. Sangat terkejut mendengar perkataan Della. Ah, darimana mamanya tahu? Buru-buru disangkalnya dengan cepat. "Bukan! Sessa bukan pacar saya!"

"Ayolah, Dan. Mama mengenal kamu dengan baik. Mungkin Papa kamu tidak begitu mengenal kamu, tapi Mama tahu semuanya. Apapun yang kamu lakukan di luaran sana. Jangan kira Mama tidak tahu, ya."

Darian sedikit gelagapan tertangkap basah oleh Della. "Iya, tapi itu dulu. Sekarang saya udah nggak tertarik sama Sessa. Apa coba bagusnya dia?"

Raut wajah Della berubah marah. "Jaga bicara kamu tentang Sessa, Dan! Bagaimana pun, Sessa juga putri kerabat dekat kita! Dari keluarga terhormat dan baik-baik! Jangan sampai kamu mempermainkan dia!"

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang